Selasa, 30 November 2010

tugas metode riset

REVIEW JURNAL METODE RISET (1)

Tema : pembelian
Judul : PENGARUH KUALITAS PRODUK, PROMOSI DAN DESAIN
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KENDARAAN BERMOTOR
YAMAHA MIO
Pengarang : ASIH PURWANTO


A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik,
karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu
konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan
dibutuhkan juga berbeda. Masih terdapat banyak faktor yang berpengaruh
terhadap keputusan pembelian. Produsen perlu memahami perilaku konsumen
terhadap produk atau merek yang ada di pasar, selanjutnya perlu dilakukan
berbagai cara untuk membuat konsumen tertarik terhadap produk yang
dihasilkan.
Assael (1995) dalam Sodik (2004) mengembangkan model perilaku
konsumen dengan menetapkan tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
konsumen. Faktor pertama yang berpengaruh pada konsumen adalah stimuli.
Stimuli menunjukkan penerimaan informasi oleh konsumen dan pemprosesan
informasi terjadi saat konsumen mengevaluasi informasi dari periklanan,
teman atau dari pengalaman sendiri. Pengaruh kedua berasal dari karakteristik
pribadi konsumen meliputi persepsi, sikap, manfaat serta karakteristik
konsumen (demografi, kepribadian, gaya hidup). Pengaruh yang ketiga respon
konsumen yaitu hasil akhir dari proses keputusan konsumen dan suatu
pertimbangan yang menyeluruh dari semua faktor diatas.
Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses
atau keputusan pembelian telah banyak dilakukan. Melalui riset ini akan
dianalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keputusan
pembelian sepeda motor Yamaha Mio . Ketertarikan pemilihan merek tersebut
karena produk sepeda motor Yamaha Mio semakin diminati tidak hanya
dikalangan wanita Indonesia tetapi juga seluruh kalangan anak muda. Gaya
hidup modern merupakan salah satu faktor individu yang dapat
mempengaruhi perilaku pembelian seseorang, Sepeda motor Yamaha Mio
adalah salah satu sepeda motor outometic atau disebut juga Skutermatik yang
dulunya di rancang khusus untuk wanita, tetapi sekarang diminati oleh semua
kalangan anak muda.
Sepeda motor model Skutermatik semakin melaju. Kontribusinya
hampir setara dengan penjualan sepeda motor model Bebek 125cc ke atas
yang merupakan produk andalan. Dapat dilihat tercatat volume penjualan
semester pertama tahun 2007
Prestasi yang baik diraih oleh Honda Vario yang mampu berada di
posisi 2 padahal ini termasuk skutermatik yang baru datang belakangan. Tentu
saja perusahaan Yamaha tidak tinggal diam. Dan untuk menjaga keamanan
posisi nomer satunya, Yamaha bulan Agustus 2007 merilis Yamaha Mio Soul
yang tampangnya lebih macho. Rupanya Yamaha sadar bahwa walau pun
Yamaha Mio dibuat untuk wanita, tetapi pemakai Mio justru lebih banyak
pria. Sedangkan Yamaha Nouvo cukup berada di posisi 4 mengungguli
Kymco si pelopor pertama sepeda motor outomatik.Tabloid Otomotif (Edisi
16/XVII/2007, 20 Agustus 2007)
Kehidupan masyarakat modern saat ini turut mempengaruhi pola
perilaku masyarakat dalam pembelian. Kehidupan modern seringkali di
identikkan dengan gaya hidup yang selalu mengikuti trend atau perkembangan
jaman. Dalam kondisi seperti ini, keputusan memilih merek turut berperan
dalam gaya hidup modern, sehingga keinginan untuk membeli produk yang
bermerek turut mewarnai pola konsumsi seseorang. Lannon (1996) dalam
Muafi (2003) menambahkan bahwa, “kehidupan masyarakat modern memiliki
implikasi pada peran merek, artinya konsumen tidak sekedar menginginkan
produk, tetapi juga merek”. Merek yang telah mapan biasanya dijadikan
simbol sebagai suatu produk yang sukses, sehingga ekuitas merek turut
berpengaruh terhadap kondisi emosional konsumen. Meskipun di pasar
banyak beredar produk-produk yang sejenis terutama produk pesaing,
semuanya itu akan tergantung dari ekuitas konsumen terhadap merek. Artinya
jika konsumen telah memahami benar tentang merek yang diyakininya, maka
kepribadian merek dibenak konsumen akan semakin kuat. Ekuitas merek
merupakan persepsi total konsumen terhadap merek yang dapat dibentuk
melalui informasi baik dari, pendapat teman atau pengalaman sendiri. Jika
konsumen memiliki persepsi yang baik terhadap merek akan mempengaruhi
terbentuknya pilihan produk yang akan dibeli, selanjutnya akan membentuk
sikap positif yang pada gilirannya akan mempengaruhi keputusan pembelian.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sodik (2004) bahwa informasi yang diperoleh
dan diproses konsumen akan membentuk preferensi seseorang terhadap suatu
obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek
yang pada gilirannya sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi
apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.
Persepsi konsumen terhadap kualitas produk akan membentuk
preferensi dan sikap yang pada gilirannya akan mempengaruhi keputusan
untuk membeli atau tidak. Hal ini sejalan dengan pendapat Aaker (1997)
dalam Sodik (2004) bahwa kesan kualitas memberikan nilai dalam beberapa
bentuk diantaranya adalah alasan untuk membeli.
Niat untuk melakukan pembelian dapat terbentuk dari sikap
konsumen terhadap bauran pemasaran diantaranya melalui promosi. Kegiatan
promosi sepeda motor Yamaha mio diantaranya dapat dilakukan melalui
periklanan, pemberian hadiah, potongan harga, dan personal selling.
Sejalan dengan hal diatas keputusan konsumen dalam pembelian
sepeda motor Yamaha mio dapat dipengaruhi oleh stimuli atau rangsangan
pemasaran seperti kualitas produk, promosi melalui iklan yang menarik,
diskon, hadiah. Selain itu desain turut mempengaruhi keputusan pembelian.
Umumnya konsumen menginginkan desain yang inovatif dari waktu ke
waktu.
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi pokok permasalahan
adalah sejauh mana kualitas produk, promosi, dan desain berpengaruh
terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat di
wilayah Surakarta.

B. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah, perumusan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah kualitas produk berpegaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah
Surakarta?
2. Apakah promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Surakarta?
3. Apakah desain berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Surakarta?
4. Apakah secara bersama-sama kualitas produk, promosi, dan desain
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk sepeda
motor Yamha mio pada masyarakat wilayah Surakarta?
5. Faktor manakah diantara kualitas produk, promosi, dan desain yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian produk
sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Surakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produksi, promosi, dan desain
terhadap keputusan pembelian produk sepeda motor Yahama Mio pada
masyarakat wilayah Surakarta baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap
keputusan pembelian produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat
wilayah Surakarta
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendapat
Assael mengenai pengembangan model perilaku konsumen bahwa
rangsangan perusahaan dalam penelitian ini berupa kualitas produk,
promosi, dan desain turut mempengaruhi keputusan konsumen dalam
pembelian.
2. Secara Praktis
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi
citra produk sepda motor Yamaha Mio melalui kualitas produk, promosi, dan
desain.
3. Secara Metodologi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau
kajian bagi penelitian sejenis.
METODE PENELITIAN
A. KERANGKA BERFIKIR
Kerangka berfikir dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari
model perilaku konsumen Kotler dan Assael Proses keputusan konsumen dalam pembelian produk sepeda motor Yamaha
Mio dapat dipengaruhi oleh persepsi konsumen (proses penilaian konsumen
terhadap stimuli) dan stimuli (kualitas produk, promosi, desain). Kedua faktor
ini saling berhubungan sehingga akan membentuk suatu pilihan terhadap
produk yang dipilih. Pilihan tersebut akan mempengaruhi sikap yang pada
gilirannya akan mempengaruhi perilaku yaitu niat membeli suatu produk atau
tidak. Keputusan konsumen setelah pembelian akan menghasilkan suatu
respon yang positif atau negative yang pada gilirannya akan menentukan
kepuasan atau ketidakpuasan.
Merek berkaitan dengan kualitas produk, karena merek sukses yang
diyakini seseorang umumnya diimbangi dengan kualitas. Untuk itu kualitas
produk dalam penelitian ini diduga mempunyai pengaruh dominan terhadap
keputusan pembelian.
B. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah
Surakarta.
2. Diduga promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Surakarta.
3. Diduga desain berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Surakarta.
4. Diduga secara bersama - sama kualitas produk, promosi, dan desain
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk sepeda
motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Surakarta.
5. Diduga kualitas produk mempunyai pengaruh paling dominan terhadap
keputusan pembelian produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat
wilayah Surakarta.

C. SUMBER DATA
Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari data primer yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari responden dan data sekunder dari BPS
tentang data penduduk kota Surakarta.

D. DEFINISI OPERASIONAL DAN CARA PENGUKURANNYA
1. Kualitas Produk
Ukuran relatif suatu barang atau jasa yang dapat memberikan gambaran
mengenai seberapa jauh tingkat keunggulan suatu produk mampu
memenuhi keinginan pelanggan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan beberapa dimensi kualitas
produk yang dikembangkan oleh Aaker (1997) yaitu kesan kualitas,
kehandalan (Reability) dan ketahanan (Durability).
2. Promosi
Promosi adalah upaya perusahaan untuk menginformasikan,
mempengaruhi, dan membujuk serta mengingatkan pelanggan tentang
perusahaan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan beberapa dimensi promosi yang
dikembangkan oleh Dharmmesta dan Irawan (2001) yaitu periklanan,
promosi penjualan melalui potongan harga dan personal selling.
3. Desain
Desain adalah salah satu pertimbangan oleh konsumen yang meliputi
bentuk, model dan warna, desain yang semakin menarik akan semakin
membuat konsumen tertarik pada produk tersebut.
Variabel ini diukur dengan menggunakan warna, striping, bentuk atau
model.
4. Keputusan pembelian
Keputusan yang diambil konsumen untuk melakukan pembelian suatu
produk.
Variabel ini diukur berdasarkan motivasi konsumen untuk membeli
terhadap rangsangan perusahaan yang dapat dicerminkan dari atribut
produk atau merek yaitu kualitas produk, promosi dan desain. Schiffman
dan Kamik (1994).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Hal ini didukung oleh :
a. Koefisien regresi kualitas produk (X1) sebesar 0,368
b. Uji t yang menyatakan t hitung (4,713) > t tabel (1,976) berarti
pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian adalah
signifikan.
2. Promosi berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal
ini didukung oleh :
a. Koefisien regresi promosi (X2) sebesar 0,060
b. Uji t yang menyatakan t hitung (0,740) < t tabel (1,976) berarti pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian adalah tidak signifikan. 3. Desain berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini didukung oleh : a. Koefisien regresi desain (X3) sebesar 0,163 b. Uji t yang menyatakan t hitung (1,814) < t tabel (1,976) berarti pengaruh desain terhadap keputusan pembelian adalah tidak signifikan. 4. Kualitas produk, promosi, desain secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini didukung oleh : a. Koefisien determinasi R2 sebesar 0,255 berarti variasi variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variasi variabel kualitas produk, promosi dan desain sebesar 25,5% sedangkan sisanya sebesar 74,5% dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi. b. Uji F yang menyatakan F hitung (16,677) > F tabel (2,667) berarti
pengaruh kualitas produk, promosi dan desain secara bersama – sama
terhadap keputusan pembelian adalah signifikan.
5. Kualitas produk mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan
pembelian. Hal ini didukung oleh koefisien regresi kualitas produk (0,368)
paling besar dibandingkan dengan koefisien regresi promosi (0,060) dan
koefisien regresi desain (0,163).
DAFTAR PUSTAKA
Albari, (2002), “Mengenal Perilaku Konsumen Mengenai Penelitian Motivasi”,
Jurnal Siasat Bisnis, UII, No. 7 Vol. 1, Yogyakarta.
Aryani, Lilis, (2005), Pengaruh Kualitas Produk, Promosi dan Pelayanan
Distributor Terhadap Keputusan Pembelian, Skripsi FE Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Assael H. (2002), Consumers Behavior and Marketing Action, Edisi 3, Kent
Publishing Company, Boston Massachusset, AS.
Haryati, (2003), “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Konsumen Produk Avon Surakarta”, Skripsi FE Universitas Islam Batik
Surakarta.
Kotler, Philip. (1997), Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan
Implementasi Dan Kontrol, Jilid 1, Jakarta, PT. Prehalindo.
Muafi, (2003), “Telaah Bisnis”, Volume 4, Nomor 1 Juli 2003, Akademi
Manajemen Perusahaan, YKPN, Yogyakarta.
Prasetyo, Badhik, (2004), “Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Video CD Player dari Cina (Survey Pada
Masyarakat Kadipiro Banjarsari)”, Skripsi FE Universitas Slamet
Riyadi Surakarta.
Setiawan, Ahmad Ikhwan, (2002), “Analisis Perilaku Konsumen dan Lingkungan
Bisnis Sebagai Masukan Strategi Pemasaran Jasa : Studi Kasus Pada
Warnet Pointer”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 2, No. 1, Mei 2002
Surakarta.
Sodik, Nur, (2004), “Analisis Keberhasilan Persepsi Konsumen Pada Negara
Asal (Country of Origin) Terhadap Kualitas dan Harga Produk Otomotif
(Survey Terhadap Konsumen di Kota Surakarta Tahun 2003)”, Jurnal
Bisnis dan Manajemen, Vol 4, No. 1, Mei 2004 Surakarta.
Sugiyono, (2002), Metode Penelitian Bisnis, Cetakan pertama, Bandung: CV
Alfabeta.
Swastha, Basu & Handoko, Hani, (2000), Manajemen Pemasaran : Analisa
Perilaku Konsumen, Edisi pertama, BPFE Yogyakarta.
www.yamaha-motor.co.id





REVIEW JURNAL METODE RISET (2)

Tema : Pembelian
Judul : PENGARUH MINAT KONSUMEN DAN HARGA PRODUK
TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN
DALAM PEMBELIAN MOBIL BEKAS DI KOTA SEMARANG
Pengarang : Setyo Prabowo

Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha sekarang ini banyak yang secara sadar
berorientasi pada konsumennya. Salah satunya yaitu usaha bisnis jual-beli
kendaraan roda empat (mobil) bekas Saudara Motor yang muncul dengan
menawarkan kualitas pada mobil yang ditawarkannya dengan menetapkan harga
yang sebanding dengan kualiatas mobil yang ditawarkan. Dalam usaha bisnis
jual beli mobil yang dilakukan Saudara Motor, diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen dengan memperhatikan kemampuan
konsumen untuk membeli kendaraan roda empat. Kebutuhan dan keinginan akan
menjadi permintaan jika didukung oleh minat dan daya beli dengan harga
produk sebagai salah satu pertimbangannya. Dalam pembelian mobil bekas,
konsumen tidak hanya membandingkan harga yang lebih murah dari produk
barunya, tetapi juga memperhatikan minat dalam memenuhi kebutuhannya
seperti kualitas, model, dan kondisi mobil yang ditawarkan.
Melihat begitu pentingnya pengaruh minat konsumen dan harga produk
terhadap pengambilan keputusan pembelian kendaraan roda empat (mobil),
maka usaha bisnis jual beli mobil bekas Saudara Motor perlu mencari dan
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang konsumen yang melakukan
pembelian mobil. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana faktor minat
konsumen dan harga produk dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam
melakukan pembelian.

b. Permasalahan
Melihat kenyataan itu maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: “Apakah minat konsumen dan harga produk
mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian mobil bekas
di Saudara Motor ?”
Untuk mempermudah pembahasan masalah tersebut maka perlu
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Tidak terealisasinya target penjualan selama 3 Tahun terakhir.
2. Penjualan mobil bekas merk Jepang lebih digemari dari pada merk
lainnya.
3. Penjualan mobil Honda mengalami penurunan pada triwulan terakhir
tahun 2004.

c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh minat konsumen terhadap pengambilan
keputusan konsumen dalam pembelian mobil bekas di Saudara Motor.
2. Untuk mengetahui pengaruh harga produk terhadap pengambilan
keputusan konsumen dalam pembelian mobil bekas di Saudara Motor.
3. Untuk mengetahui pengaruh minat konsumen dan harga produk terhadap
pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian mobil bekas di
Saudara Motor
. Metodologi Penelitian
1. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka kerangka pemikiran dalam
Penelitian
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang menjelaskan dan menyoroti hubungan antara variabelvariabel
penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan disebut
explanatary research (penelitian penjelasan) (Masri, 1986:5).

3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2000:72).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang
membeli mobil bekas khususnya pada Saudara Motor.
Sampling frame dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen
pembeli mobil bekas di usaha jual beli mobil bekas Saudara Motor selama
tahun 2004 sebanyak 296 orang. Berdasarkan sampling frame yang ada,
maka jumlah sample yang akan diambil dalam penelitian
Pembahasan
1. Pengujian Pengaruh Minat Beli Terhadap Keputusan Pembelian
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS, dapat diperoleh
koefisien korelasi (r) atau tingkat keeratan hubungan antara variabel minat
beli dengan variabel keputusan pembelian adalah sebesar 0, 430. Hasil
perhitungan tersebut terletak pada interval 0,26 – 0,50 (lampiran 11)
sehingga menunjukkan bahwa kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara
variabel minat beli dengan keputusan pembelian adalah cukup kuat.
Hasil koefisien determinasi (r2) sebesar 0,185 (18,5 %). Hal ini
berarti bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel minat beli terhadap
keputusan pembelian hanya sebesar 18,5 % saja. Sedangkan sisanya sebesar
81,5 % adalah pengaruh dari variabel lain (selain variabel minat beli) yang
tidak diteliti.
Dari hasil perhitungan coefficients, diperoleh koefisien regresi
untuk variabel minat konsumen adalah sebesar 0,271 sedangkan nilai
konstantanya adalah 4,212, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah
Y = 4,212 + 0,271 X1.
Pada pengujian Z yang dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi
hipotesis, Nilai Z tabel diperoleh dengan tingkat kepercayaan 95% adalah
1,96. Sedangkan hasil perhitungan dari Z hitung adalah sebesar 5,458.
Maka dapat disimpulkan bahwa nilai Z hitung > Z tabel, yaitu 5,458 > 1,96.
Hal ini berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel minat
konsumen (X1) terhadap variabel keputusan pembelian (Y). Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Pengujian Pengaruh harga produk Terhadap Keputusan Pembelian
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS, dapat diperoleh
koefisien korelasi (r) atau tingkat keeratan hubungan antara variabel harga
produk dengan variabel keputusan pembelian adalah sebesar 0, 467. Hasil
perhitungan tersebut terletak pada interval 0,26 – 0,50 (lampiran 11)
sehingga menunjukkan bahwa kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara
variabel harga produk dengan keputusan pembelian adalah cukup kuat.
Hasil koefisien determinasi (r2) sebesar 0,218 (21,8 %). Hal ini
berarti bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel harga produk terhadap
keputusan pembelian hanya sebesar 21,8 % saja. Sedangkan sisanya sebesar
78,2 % adalah pengaruh dari variabel lain (selain variabel harga produk)
yang tidak diteliti.
Dari hasil perhitungan coefficients, diperoleh koefisien regresi
untuk variabel harga produk adalah sebesar 0,530 sedangkan nilai
konstantanya adalah 5,608, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah
Y = 5,608+ 0,530 X1.
Pada pengujian Z yang dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi
hipotesis, Nilai Z tabel diperoleh dengan tingkat kepercayaan 95% adalah
1,96. Sedangkan hasil perhitungan dari Z hitung adalah sebesar 5,927.
Maka dapat disimpulkan bahwa nilai Z hitung > Z tabel, yaitu 5,927 > 1,96.
Hal ini berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel harga
produk (X1) terhadap variabel keputusan pembelian (Y). Dengan demikian
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

3. Pengujian Pengaruh minat konsumen dan harga produk Terhadap
Keputusan Pembelian
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS, dapat diperoleh
koefisien korelasi (r) atau tingkat keeratan hubungan antara variabel minat
beli dan harga produk dengan variabel keputusan pembelian adalah sebesar
0, 517. Perhitungan tersebut terletak diantara skala 0,51 – 0,75 (Lampiran
11) sehingga menunjukkan bahwa kekuatan asosiasi (hubungan) linier
antara variabel minat beli dan variabel harga mobil dengan keputusan
pembelian adalah cukup kuat.
Hasil koefisien determinasi (r2) sebesar 0,267 (26,7 %). Hal ini
berarti bahwa pengaruh yang diberikan oleh variabel minat beli dan harga
produk terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 26,7 %. Sedangkan
sisanya sebesar 73,3 % adalah pengaruh dari variabel lain (selain variabel
minat beli dan harga produk) yang tidak diteliti.
Dari hasil perhitungan coefficients, diperoleh koefisien regresi
untuk variabel minat beli adalah sebesar 0,163 dan koefisien regresi untuk
variabel harga produk adalah sebesar 0,380. Sedangkan nilai konstantanya
adalah 3,339, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = 3,339 +
0,163 X1 + 0,380 X2
Pada pengujian F yang dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi
hipotesis, Nilai F tabel sebesar 3,11 (lampiran 14). Sedangkan hasi
perhitungan dari F hitung sebesar 13,122 dengan signifikansi 0,000 (<0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa nilai F hitung > F tabel, yaitu 13,122 >
3,11. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh antara variabel minat beli (X1)
dan harga produk (X2) terhadap keputusan pembelian (Y). Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil statistik pada variabel minat beli (X1), dapat diambil
kesimpulan bahwa minat konsumen dalam pembelian mobil di Saudara
Motor bergerak dari cukup tinggi (10,67 %), tinggi (49,33 %) dan
sangat tinggi (40 %).
b. Berdasarkan hasil statistik pada variabel harga produk (X2), maka dapat
diambil kesimpulan bahwa sebagian besar responden menilai bahwa
harga mobil yang ditawarkan di Saudara Motor bergerak dari cukup
mahal (45,33 %), mahal (25,33 %) dan sangat mahal (4 %) dengan
persentase kumulatif sebesar 74,67 %.
c. Berdasarkan hasil statistik pada variabel keputusan pembelian (Y),
maka dapat diambil kesimpulan bahwa keputusan pembelian mobil
responden di Saudara Motor bergerak dari cukup tinggi (38,67 %),
tinggi (36 %) dan sangat tinggi (8 %) dengan persentase kumulatif
sebesar 82,67 %
DAFTAR PUSTAKA
AA Anwar Prabu Mangkunegara, 1988, Perilaku Konsumen, ERESCO: Bandung.
Angel F. James, 1995, Perilaku Konsumen, Jilid 2, Binarupa Aksara: Jakarta.
Anto Dajan, 1996, Pengantar Metode Statistik, Jilid 2, LP3ES: Jakarta.
Basu Swastha, 1990, Manajemen Pemasaran modern, Liberty: Yogyakarta.
-----------------, 1999, Manajemen Pemasaran, BPFE: Yogyakarta.
Bimo Walgito, 2000, Pengantar Psikologi Umum, ANDI: Yogyakarta.
Dewa Ketut Sukardi, 1993, Analisis Inventori Minat dan Kepribadian, PT. Rineka
Cipta: Jakarta.
Imam Ghozali, 2005, Analisis Multivariat Dengan Menggunakan Program SPSS,
BP UNDIP : Semarang.
Kottler, Philiph, 1986, Dasar-dasar Pemasaran, Intermedia: Jakarta.
-------------------, 1977, Marketing Management, Jilid 2, Prenhalindo: Jakarta.
-------------------, 1997, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, PT. Indeks: Jakarta.
Masri Singarimbun, 1986, Pedoman Praktis Membuat Usulan Penelitian, Ghalia
Indonesia: Jakarta.
Moh As’ad, 1987, Psikologi Industri, Liberty: Yogyakarta.
Muchdarsyah Sinungan, 1995, Dasar-dasar Teknik Manajemen Kredit, Bina
Aksara: Jakarta.
Nazir, Moh, 1988, Metode Penelitian, Ghalia: Jakarta.
Siegel, Sidney, 1986, Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu Sosial, Cetakan ke-2,
Gramedia: Jakarta.
Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, IKAPI: Bandung.
Umar. Hussein, 1998, Riset Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta: Jakarta.
Witherington, H.S, 1991, Psikologi Pendidikan, Cetakan ke-5, Aksara Baru:
Jakarta.
























REVIEW JURNAL METODE RISET (3)

Tema : Pembelian
Judul : PENGARUH PROGRAM PERIKLANAN DAN PEMASARAN MELALUI E-MAIL DI INTERNET TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK UKM PADA SEKTOR KERAJINAN (HANDYCRAFT), SEPATU DAN SANDAL, MAINAN ANAK, DAN PAKAIAN DI WILAYAH DEPOK
Pengarang : Viken Armirinta





LATAR BELAKANG MASALAH
Agar UKM dapat meningkatkan volume penjualan dan mendapatkan laba yang lebih banyak, maka UKM dapat melakukan pemasaran dengan berbagai cara. Pemasaran dapat dilakukan tanpa harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Di era globalisasi serta teknologi yang terus berkembang saat ini pemasaran dapat menerapkan suatu teknologi baru yang dengan cepat dan mampu menjangkau konsumen secara global dalam waktu singkat dan dana yang tidak terlalu besar.
UKM dapat menerapkan suatu metode pemasaran dengan menggunakan media elektronik yang lebih murah yaitu internet. Pada media internet ini pengusaha UKM dapat menerapkan salah satu medianya yaitu E-mail. Dengan menerapkan pemasaran dengan menggunakan media elektronik ini maka UKM dapat menekan biaya pemasaran serta dapat meningkat volume penjualan. Metode penjualan ini dapat dikatakan cukup baru dan lebih efisien, tidak hanya dapat menjangkau konsumen secara global pemasaran melalui internet juga sangat murah. Dengan menerapkan metode pemasaran ini maka dapat terjalin suatu hubungan antara pelangan dengan produsen. Pemasaran menggunakan media internet memungkinkan suatu usaha untuk menjalankan praktik self-service. Hal ini berarti suatu usaha bisa memberikan pelayanan kepada pelanggan tanpa



membutuhkan tenaga staf. Dengan adanya pemasaraan seperti ini maka UKM juga dapat mengurangi fasilitas layanan melalui telepon dengan mentransfernya ke situs internet.
Kurangnya pengetahuan dan sumber daya manusia pada pengusaha UKM akan teknologi yang terus berkembang saat ini. Penerapan pemasaran melalui internet belum banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha UKM. Walaupun Indonesia dalam prosentasi pertumbuhan belanja iklan tertinggi di dibandingkan negara lainnya di Asia Pasifik. Disisi lain UKM di Indonesia masih relatif sangat kecil dan cenderung jauh dari sentuhan teknologi informasi yang mendukung kegiatan dan operasionalnya. Sehingga sangat disayangkan bila metode penjualan dengan pemasaran menggunakan media internet belum bisa diterapkan oleh banyak UKM.
Penerapan pemasaran melalui internet diharapkan UKM dapat meningkatkan volume penjualan sehingga pendapatan UKM dapat bertambah sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar dan mampu bersaing dengan produk luar negeri. Sehingga dengan adanya UKM yang terus berdiri dapat menjadi penyelamat perekonomian di negeri ini. Metode pemasaran melalui internet sangat berbeda dengan gaya pemasaran tradisional yang biasanya UKM terapkan. Seperti halnya pemasaran tradisional, pemasaran melalui internet suatu usaha juga harus menyasar segmen yang tepat dengan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan mereka. UKM juga harus menerapkan promosi dan kebijakan harga untuk meningkatkan penjualan, serta menjalin hubungan dengan pelanggan untuk menjaga loyalitas mereka. Pada saat yang sama, UKM juga harus memastikan bahwa situs internet tersebut memudahkan navigasi, peranan serta pembayaran. Jika pelanggan dipersulit, maka tentunya mereka tidak akan bersedia untuk berbisnis dengan usaha tersebut.
Kegiatan pemasaran lewat Internet atau lebih dikenal dengan electronic commerce merupakan pengembangan dan pengimplementasian kegiatan pemasaran yang menjual, membeli produk barang dan jasa dilakukan dengan layanan online (Greenstine dan Vasarhelyi, 2002:2).
Sehubungan dengan jenis data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan (primer), dan setiap variabel yang diuji memerlukan penekanan pengertian yang definitif yang relevan dengan topik penelitian. Maka secara konseptual penegasan arti beserta operasionalisasi setiap variabel dapat dikemukakan seperti berikut:
1. Variabel program periklanan yang merupakan keputusan yang diperlukan untuk membangun periklanan secara umum yang dimana terdapat 7 indikator.
2. Variabel pemrosesan informasi yang diinterpretasikan pada yang dimana terdapat 6 indikator.
3. Variabel keputusan pembelian yang digunakan sebagai alat pengukuran kinerja periklanan yang dimana didalamnya terdapat 5 indikator.
4. Variabel pemasaran melalui E-mail yang dimana didalamnya terdapat 6 indikator.

Pada model penelitian ini, program periklanan di internet serta pemasaran melalui e-mail secara simultan, mempengaruhi pemrosesan informasi Periklanan oleh para pengguna internet. Pemrosesan informasi periklanan oleh pengguna internet mempengaruhi keputusan pembelian. Program periklanan di internet dan pemasaran melalui e-mail secara simultan juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan pembelian, serta secara tidak langsung melalui pemrosesan informasi. Pengukuran pelaksanaan program periklanan di internet, pemasaran melalui e-mail, pemrosesan informasi periklanan serta keputusan pembelian melalui Internet dalam model ini diukur dari persepsi konsumen.
Penelitian ini hanya dibatasi dengan menganalisis pengaruh program periklanan produk di internet dan pemasaran melalui E-mail terhadap keputusan pembelian produk UKM oleh pengguna internet di wilayah Depok dengan jumlah responden sebesar 150 orang.

Rumusan dan batasan masalah
1. Apakah pelaksanaan program periklanan produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di internet dan pemasaran produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian secara signifikan mempengaruhi keputusan pembelian pengguna internet?
2. Apakah pelaksanaan pemasaran melalui E-mail produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di internet dan pemasaran produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian secara signifikan dapat mempengaruhi keputusan pembelian pengguna internet?
3. Apakah pelaksanaan program periklanan produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di internet dan pemasaran produk UKM pada sektor kerajinan (hadycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian melalui E-mail dapat mempengaruhi keputusan pembelian pengguna internet?

Tujuan Penelitian
1. Mengkaji pengaruh pelaksanaan program periklanan produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok di internet dan pemasaran produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok terhadap keputusan pembelian pengguna internet.
2. Mengkaji pengaruh pemasaran melalui E-mail produk UKM pada sektor kerajinan
(handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok di internet dan pemasaran produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok terhadap keputusan pembelian pengguna internet.
3. Mengkaji pengaruh pelaksanaan program periklanan produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok di internet dan pemasaran produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok melalui E-mail dapat mempengaruhi keputusan pembelian pengguna internet.


METODE PENELITIAN
Objek yang menjadi pengamatan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua objek yaitu, yang pertama UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok dan para pengguna Internet yang tersebar di wilayah Depok. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simple random sampling. Pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS
Hipotesis Operasional merupakan hipotesis yang bersifat obyektif. Artinya peneliti merumuskan hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu penulis merumuskan masalah yang akan diuji sebagai berikut:
1. Ho1 : Tidak ada pengaruh antara pelaksanaan program periklanan di internet dan pemasaran produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok terhadap keputusan pembelian pengguna internet pada produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian.
Ha1 : Ada pengaruh antara pelaksanaan program periklanan di internet dan pemasaran produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok terhadap keputusan pembelian pengguna internet pada produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian.
2. Ho2 : Tidak ada pengaruh antara pemasaran melalui E-mail produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok terhadap keputusan pembelian pengguna internet pada produk UKM pada sektor kerajinan atau (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok
Ha2 : Ada pengaruh antara pemasaran melalui E-mail produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak, dan pakaian di Depok terhadap keputusan pembelian pengguna internet pada produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok.
3. Ho3 : Tidak ada pengaruh antara pelaksanaan program periklanan di internet dan pemasaran produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok melalui E-mail terhadap keputusan pembelian pengguna internet pada produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok .
Ha3 : Ada pengaruh antara pelaksanaan program periklanan di internet dan pemasaran produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok melalui E-mail terhadap keputusan pembelian pengguna internet pada produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian di Depok.


KESIMPULAN
Kesimpulan pada hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh program periklanan dan pemasaran melalui E-mail terhadap keputusan pembelian yaitu:
1. Berdasarkan hasil uji korelasi maka dapat disimpulkan bahwa program periklanan secara signifikan mempengaruhi keputusan pembelian pada produk UKM pada sektor kerajinan (handycraft), sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig variabel program periklanan lebih kecil dari nilai α (2-tailed) dan nilai koefisien korelasinya sebesar 0.714 dan variabel tersebut mempunyai hubungan yang kuat.

Pada Uji regersi disimpulkan bahwa dari hasil analisis data yang diolah yaitu bahwa indikator variabel program periklanan 2 dan indikator variabel program pemasaran 7 mempengaruhi keputusan pembelian. Indikator program periklanan 2 yaitu iklan produk UKM mampu memberikan informasi produk yang berguna untuk responden pengguna internet dan indikator program periklanan 7 yaitu iklan produk UKM menggunakan internet sebagai media yang tepat untuk pemasaran. Sedangkan untuk indikator lainnya tidak mempengaruhi keputusan pembelian
Persamaan Regresi dari analisis diatas adalah Y = 4.432 + 0,523X1 + 0.573X2 + 1.293X3 + 0.448X4 + 0.592X5 + 0.091X6
+ 0.996X7 . Yang artinya dimana secara parsial keputusan pembelian hanya dipengaruhi oleh indikator program periklanan 2 dan 7. Walaupun pada variabel program periklanan hanya sebagaian indikator yang mempunyai pengaruh, tetapi indikator tersebut mempengaruhi dalam keputusan pembelian pengguna internet.
2. Berdasarkan hasil uji korelasi maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran melalui E-mail secara signifikan mempengaruhi keputusan pembelian pada produk UKM pada sektor kerajinan atau handycraft, sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig variabel program periklanan lebih kecil dari nilai α (2-tailed) dan nilai koefisien korelasinya sebesar 0.555 variabel tersebut mempunya hubungan yang kuat.
Pada uji regresi juga dapat disimpulkan dari hasil analisis data yang diolah bahwa indikator variabel pemasaran melalui E-mail 2, 4 dan 6 mempengaruhi keputusan pembelian. Indikator pemasaran melalui E-mail 2 yaitu responden pengguna internet bersedia menerima E-mail untuk mendapatkan informasi produk UKM yang mereka butuhkan. Indikator pemasaran melalui E-mail 4 yaitu responden pengguna internet merasa terbantu dengan pengguna E-mail dalam menentukan pilihan produk UKM yang akan mereka beli. Indikator pemasaran melalui E-mail 6 yaitu responden pengguna internet dapat bertanya langsung kepada perusahaan tentang suatu produk UKM dengan menggunakan E-mail. Sedangkan untuk indikator lainnya tidak mempengaruhi keputusan pembelian

Persamaan Regresi dari analisis diatas adalah Y = 8.255 + 0,764X1 + 0.740X2 + 0.117X3 + 1.515X4 – 0.142X5 + 0.886X6 . Yang artinya dimana secara parsial keputusan pembelian hanya dipengaruhi oleh indikator program periklanan 2, 4 dan 7. Walaupun pada variabel program periklanan hanya sebagaian indikator yang mempunyai pengaruh, tetapi indikator tersebut mempengaruhi dalam keputusan pembelian pengguna internet.
3. Berdasarkan hasil analisis bahwa indikator variabel program periklanan di interent dan indikator pemasaran melalui E-mail produk UKM pada sektor kerajinan atau handycraft, sepatu dan sandal, mainan anak dan pakaian mempunyai hubungan yang kuat sehingga mempengaruhi responden pengguna internet dalam keputusan pembelian
Pada uji regersi model summary regresi untuk program periklanan dan pemasaran melalui E-mail terhadap keputusan pembelian yaitu variabel keputusan pembelian dengan indikator variabel program periklanan PP2, PP3, PP7 dan indikator variabel pemasaran melalui E-mail EM4, EM6 secara umum (R) sebesar 0.759. sedangkan koefisien determinasi ( R Square) sebesar 0.576 yang artinya bahwa 57,60% variabel keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh indikator variabel program periklanan dan indikator pemasaran melalui E-mail.
Pada kesimpulan tersebut dengan dikeluarkan PP1, PP5, PP6, EM1, EM2, EM3 EM5 pada indikator variabel program periklanan dan indikator variabel pemasaran melalui E-mail mengubah nilai R dan R Square. Nilai Adjusted R Square adalah 0.562
Hasil analisis data yang diolah diatas menggunakan SPSS bahwa hasil analisis dari model 1 sampai dengan 9 maka disimpulkan bahwa indikator variabel program periklanan 2, 3 dan 7 serta indikator variabel pemasaran melalui E-mail 4 dan 6 yang mempengaruhi keputusan pembelian. Indikator program periklanan 2 yaitu iklan produk UKM mampu memberikan informasi produk yang berguna bagi reponden pengguna internet. Indikator variabel program periklanan 3 yaitu iklan produk UKM mempengaruhi reponden pengguna internet dalam membeli produk UKM yang mereka butuhkan. Indikator variabel program periklanan 7 yaitu iklan produk UKM sangat tepat menggunakan internet



sebagai media pemasaran. Indikator pemasaran melalui E-mail 4 yaitu responden pengguna internet merasa terbantu dengan pengguna E-mail dalam menentukan pilihan produk UKM yang akan mereka beli. Indikator pemasaran melalui E-mail 6 yaitu responden pengguna internet dapat bertanya langsung kepada perusahaan tentang suatu produk UKM dengan menggunakan E-mail.

Persamaan Regresi dari analisis diatas adalah Y = 3.648 + 0,721X2 + 1.391X3 + 0.918X7 +1.002X11 + 0.744X13. Yang artinya dimana keputusan pembelian dipengaruhi oleh indikator variabel program periklanan 2,3 dan 7 dan indikator variabel pemasaran melalui E-mail 4 dan 6. Walaupun pada variabel program periklanan dan variabel pemasaran melalui E-mail hanya sebagaian indikator yang mempunyai pengaruh, tetapi indikator tersebut mempengaruhi dalam keputusan pembelian pengguna internet.



DAFTAR PUSTAKA
a) Assauri, Sofjan, 2004. Manajemen Pemasaran “Dasar, Konsep, dan Strategi”, Cetakan 7. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
b) Adriani. Lina, 2008. Pengaruh Pelaksanaan Periklanan Melalui Interent dan Pemasaran Melalui E-mail Terhadap Pemrosesan Informasi Serta Imlikasinya Terhadap Keputusan Pembelian Produk Farmhouse pada PT.san Miguel Indonesia wilayah Depok- Bekasi. Skripsi. Depok: Universitas Gunadarma
c) Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran Edisi Bahasa Indonesia Edisi Revisi Jilid Satu. Jakarta: Prahalindo.
d) Kotler, Philip dan A.B Susanto, 2000, Manajemen Pemasaran Indonesia.”Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian”,Buku 1, Jakarta : Salemba 4
e) Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jakarta: Prahalindo
f) M. Suyanto. 2007. Marketing Strategy Top Brand Indonesia. Yogyakarta: C.V Andi Offset


g) McCarthy. E. Jerome dan Perreault. William. 1995. Intisari Pemasaran Sebuah Ancangan Manajerial Global. Jakarta: Binarupa Aksara.
h) Rangkuti, Fredy.2007. Riset Pemasaran. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
i) R.Gunawan Sudarmanto. 2005. Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS, Yogyakarta: Graha Ilmu
j) Sujarweni. Wiratna, 2007. Panduan Mudah Menggunakan SPSS dan Contoh Penelitian Bidang Eknomi, Yogyakarta: Ardana Media
k) Sumarwan, Ujang, 2003, Perilaku Kosumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.
l) Suratno dan Lincolin Arsyad. 1995 Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN
m) Utomo. Hargo.1993. Manajemen Pemasaran. Depok: Gunadarma.
n) Wahyono, Teguh. 2002. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17”memahami teknik analisis statistic secara sistematis dan praktis”. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
o) http://gregoriusandy.byethost13.com/manajemenpemasaran/BAB05.pdf
p) http://ab-fisip-upnyk.com/files/Perilaku_konsumen_Bab_5.pdf
q) http://zulfahmi.edublogs.org/files/2008/04/pemasaran1.pdf
r) http://www.scribd.com/doc/12781576/Strategi-Pemasaran
s) http://www.scribd.com/doc/16888581/Berita-Resmi-Statistik-Ukm-Bps-2008
t) http://www.smecda.com/deputi7/file_makalah/posisi&Peran.pdf
u) http://www.news.roll.co.id/news/36622-ukm-depok-masih--bertahan menjalankan usaha.html
v) http://infoukm.wordpress.com/
w) http://www.damandiri.or.id/file/imronrosyadiunairbab1.pdf







ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN
RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang dalam bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo dari lebih satu tahun. Dalam aktivitas dipasar modal, para investor memiliki harapan dari investasi yang
dilakukannya, yaitu yang berupa capital gain dan dividen.

Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat.Bagi perusahaan,pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk deviden akan mengurangi sumber dana internal nya,sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba
ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil resiko
perusahaan.

Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout rationya yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk deviden tunai,artinya besar kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.

Pertimbangan mengenai dividend payout ratio ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh.

Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen (Riyanto, 2001: 202).
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono 2001: 66). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen.
Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak (Sartono, 2001).

Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak semuanya membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya, baik itu dalam bentuk dividen tunai maupun dividen saham. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pertimbangan-pertimbangan yang berbeda dalam membuat keputusan kebijakan dan pembayaran dividen dalam setiap perusahaan.

Sektor manufaktur merupakan sektor yang paling banyak membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya selama kurun periode 2004-2007 dibandingkan sektor lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selama periode 2004-2007, ada sebanyak 24 perusahaan manufaktur yang membagikan dividen kepada para pemegang

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
“Apakah Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)?”

1.3. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: “Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
”Mengetahui pengaruh Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

2. METODE PENELITIAN
2.1. Defenisi Operasional

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas
(independen). Variabel terikat (Y) adalah Dividend Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel bebas (X)
terdiri dari Cash position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA).

Variabel Independen (X):
a. Cash Position (X1)
Cash position dihitung berdasarkan perbandingan
antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah
pajak.


Rumus:
Cash position Saldo kas akhir
laba bersih setelah pajak

b. Debt to Equity Ratio (X2)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal sendiri. Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang dibanding dengan modal sendiri.

Rumus:
DER= total hutang
Total modal sendiri

c. Return on Assets (X3)
Return on Assets (ROA) dihitung berdasarkan
perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap
total aktiva yang dimiliki perusahaan.
Rumus:

ROA laba bersih setelah pajak
Total aktiva

Variabel Dependen (Y):
Dividend Payout Ratio (Y)
Dividend payout ratio diukur dengan
membandingkan dividen kas per lembar saham
terhadap laba yang diperoleh per lembar saham.
Rumus:

DPRdividen kas per lembar saham
Laba yang diperoleh per lembar saham

2.2. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2007, yaitu sebanyak 142 perusahaan. Penarikan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan desain sampel non probabilitas dengan metode “judgment sampling”. Judgment Sampling adalah salah satu jenis purposive sampling dimana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota populasi yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Kuncoro, 2003: 119).

Kriteria penarikan sampel yang digunakan
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Emiten yang selalu listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode penelitian, yaitu
2004-2007.
b. Emiten yang memiliki data laporan keuangan
yang lengkap selama periode penelitian, yaitu
2004-2007.
c. Emiten yang selalu membagikan dividen selama
periode penelitian, yaitu 2004-2007.

Berdasarkan karateristik penarikan sampel,
maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 24
perusahaan.


2.3. Metode Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan metodeyang digunakan untuk menganalisis data yang tersedia dan diolah sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai fakta fakta dan hubungan antar fenomena yang diteliti.

b. Analisis Statistik
Model analisis yang digunakan adalah model analisis regresi linier berganda.Model ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana:
Y = Dividend Payout Ratio (DPR)
a = Konstanta
X1 = Cash Position (CP)
X2 = Debt to Equity Ratio (DER)
X3 = Return on Assets (ROA)
b1,2,3 = Koefisien regresi variabel X1,2,3
e = error

Model regresi berganda yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi syarat asumsi klasik
yaitu uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas.

c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai Adjusted R Square yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel independen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka berarti semakin baik model regresi yang digunakan karena menandakan bahwa kemampuan
variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar,demikian pula apabila yang terjadi sebaliknya.

d. Pengujian Hipotesis
(1) Uji secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara serempak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat.
Bentuk pengujian:
H0: b1=b2=b3= 0, artinya variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return
on Assets (ROA) yang terdapat pada model ini secara serempak tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio (DPR).
H1: b1 ≠b2 ≠b3 ≠0, artinya variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER)
dan Return on Assets (ROA) yang terdapat pada model ini secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat
signifikan () = 5%.

Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah:
Terima H0 bila Fhitung ≤Ftabel
Tolak H0 (terima H1) bila Fhitung > Ftabel
(2) Uji Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah
setiap variabel bebas mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujian:
H0: b1=b2=b3= 0, artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan dari Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) secara individual terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
H1: b1 ≠b2 ≠b3 ≠0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari Cash Position (CP), Debt
to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) secara individual terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR).
Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan
dengan ttabel pada tingkat signifikan () = 5%.
Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini
adalah:
H0 diterima jika : thitung ≤ ttabel
H1 diterima jika : thitung > ttabel




















BAB II
PEMBAHASAN

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Regresi Linear Berganda
Tabel 1 menunjukkkan hasil estimasi regresi
melalui pengolahan SPSS 12.0 for windows.

Tabel 1. Hasil Estimasi Regresi Coefficients(a)

Model
Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients
t
Sig
B Std. Error
1 (Constant) 10.624 5.879 1.807 074
CP 3.603 1.748 190 2.061 042
DER 5.088 2.750 175 1.850 068
ROA 1.219 .205 570 5.961 000

Dari Tabel 1 dapat diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = 10,624 + 3,603 X1 + 5,088 X2 + 1,219 X3 + e

Dimana:
Y = Dividend Payout Ratio (DPR)
X1 = Cash Position (CP)
X2 = Debt to Equity Ratio (DER)
X3 = Return on Assets (ROA)

b. Koefisien Determinasi

Tabel 2. Koefisien Determinasi Model Summary(b)

Model
R R
Square Adjusted
R Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson
1 542 (a) .294 270 21.08003 1.977(a)
Sumber: Hasil olahan SPSS 12.0 for windows


Nilai Adjusted R Square pada Tabel 2 Adalah 0,27 berarti variabel Cash position, Debt to Equity Ratio dan Return on Assets dapat menjelaskan variabel Dividen Payout Ratio hanya sebesar 27% saja sedangkan 73% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam model.Artinya variabel bebas yang terdapat pada model ini tidak cukup kuat untuk memperediksi variabel terikat. Hal ini kemungkinan besar disebabkan model ini murni hanya
menggunakan faktor fundamental perusahaan dan sama sekali tidak memasukkan faktor pasar sebagai variabel bebasnya.Secara logis keputusan perusahaan harusnya bukan hanya berdasarkan faktor fundamentalnya saja tetapi juga harus mempertimbangkan
faktor faktor lain diluar perusahaan termasuk juga
untuk keputusan deviden.

c. Pengujian Hipotesis
(1) Uji secara Simultan (Uji F)
Berdasarkan hasil SPSS pada Tabel 3 diperoleh nilai Sig. F sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai Fhitung sebesar 12,227 yang lebih besar dari Ftabel yang hanya 3,00 mengindikasikan bahwa 0 H ditolak dan 1 H diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Cash Position, Debt to Equity dan Return on Assets pada model ini secara serempak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Dividen Payout Ratio.

(2) Uji Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
signifikansi pengaruh variabel bebas secara individual (parsial) terhadap variabel terikat.




Tabel 3. Uji Statistik F ANOVA(b)

Model
Sum of
Squares
df
Mean Square
F
Sig
1 Regression 16299.330 3 5433.110 12.227 .000(a)
Residual 39104.351 88 444.368
Total 55403.681 91


Tabel 4. Uji Statistik t Coefficients(a)
Model Standardized
Coefficients t sig
Beta
(Constant) 10.624 5.879 1.807 074
CP 3.603 1.748 190 2.061 042
DER 5.088 2.750 175 1.850 068
ROA 1.219 205 570 5.961 000


Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil uji signifikansi parsial masing-masing variabel sebagai
berikut:
a) Variabel Cash Position mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio karena mempunyai tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,042 (0,042 < 0,05).Persamaan regresi yang terdapat pada tabel 1 memperlihatkan koefisien dari Cash Position adalah sebesar 3,603, angka ini menunjukkan variabel Cash Position selain berpengaruh secara signifikan juga berpengaruh secara positif dimana jika Cash Position mengalami kenaikan 1 kali maka akan terjadi kenaikan Dividen Payout Ratio sebesar 3,603 kali dan sebaliknya jika Cash Position mengalami penurunan maka Dividen Pay Out Ratio juga mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sudarsi (2000,4) yang menyatakan dividen merupakan cash out flow tentu saja memerlukan posisi cash yang kuat sehingga mampu membayar dividen.Hal ini tentu dapat di mengerti sebab pembayaran Dividen tunai merupakan arus cash keluar yang tentu saja memerlukan tersedianya\ cash yang cukup atau posisi likuiditas harus laba yang tinggi dan beban hutang beserta bunga yang rendah namun jika tidak didukung oleh posisi cash yang kuat maka kemampuan pembayaran dividennya rendah.Oleh sebab itu pihak manajemen dituntut untuk tetap mengelola kasnya atau aktiva-aktiva yang setara dengan kas secara benar sehingga likuiditas perusahaan tidak terganggu. b) Variabel Debt to Equity Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,068 (0,068 > 0,05). Persamaan regresi pada tabel 1 memperlihatkan koefisien Debt to Equity Ratio sebesar 5,088, angka menunjukkan jika Debt to Equity Ratio naik sebesar 1 kali maka Dividen Payout Ratio akan mengalami kenaikan sebesar 5,088 kali.Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sartono (2001: 66) yaitu semakin tinggi Debt to Equity Ratio semakin berkurang kemampuan perusahaan membayar dividen sebaliknya semakin turun Debt to Equity Ratio semakin tinngi kemampuan perusahaan membayar dividen.Komitmen perusahaan disektor manufaktur untuk melakukan pembayaran dividen secara teratur menyebabkan kemampuan pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan bahkan kenaikan hutang dapat menigkatkan kemampuan perusahaan membayar dividen selama penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori keuangan yang menyatakan jangan lakukan hutang baru jika tidak menghasilkan tambahan laba.
c) Variabel Return on Assets mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio
karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 (0,000 < 0,05). Persamaan regresi pada tabel 1 memperlihatkan koefisien variabel Return On Asset sebesar 1,219, jika Return On Asset mengalami penigkatan 1 kali maka akan meningkatkan Dividen Payout Ratio sebesar 1,219 kali. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sartono (2001 : 122) yang menyatakan semakin tinggi Return On Asset maka kemungkinan pembagian Dividen semakin besar. Dengan kata lain semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan membayar Dividen.Hal ini menunjukkan perusahaan selalu berusaha menigkatkan citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan diikuti dengan peningkatan porsi laba yang di bagi sebagai dsividen dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham perusahaan. Namun sebaiknya perusahaan juga tidak mengabaikan kesehatan pendanaan perusahaan yang ditandai dengan peningkatan ketergantungan terhadap dana internal yang bersumber dari laba ditahan sebab jika pertumbuhan dan perkembangan perusahaan dilakukan dengan cara mengurangi ketergantungan terhadap dana eksternal dan menggantinya dengan sumber dana internal maka selain dapat menurunkan resiko perusahaan juga bisa memperbesar kepemilikan para pemegang saham pada perusahaan. Artinya peningkatan nilai perusahaan yang ditandai dengan peningkatan nilai saham tidak sepenuhnya akibat peningkatan dividen tetapi juga karena peningkatan ekuiti dalam bentuk laba ditahan sehingga pertambahan kekayaan pemegang saham bukan hanya karena perolehan dividen tetapi juga disebabkan peningkatan kepemilikan dalam bentuk laba ditahan. BABIII PENUTUP 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA) berdasarkan hasil uji simultan(uji statistik F) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Dividend Payout Ratio (DPR). b. Variabel Cash Position (CP) dan Return on Assets (ROA) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) sedangkan variabel bebas yang lain, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR) berdasarkan hasil uji parsial (Uji Statistik t). c. Nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah sebesar 0,27. Hal ini berarti 27% variasi dari Dividen Payout Ratio (DPR) dijelaskan oleh ketiga variabel bebas sedangkan sisanya 73% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model penelitian 5. SARAN a. Faktor faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio pada penelitian ini hanya terbatas pada informasi-informasi internal masing-masing perusahaan yang berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, disarankan agar penelitian selanjutnya juga menggunakan informasi eksternal perusahan yang menyangkut kondisi makro ekonomi seperti Gross Domestic Product (GDP), tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar dan lain lain. b. Untuk menjaga loyalitas pemegang saham terhadap perusahan sebaiknya posisi kas dan kemampuan untuk memperoleh laba dapat dipertahankan dan ditingkatkan agar kemampuan perusahaan dalam membayar dividen tetap terjaga dan tentu saja tanpa mengabaikan pengendalian terhadap resiko perusahan berupa peningkatan pemakaian dana internal dan otomatis juga terjadi peningkatan kepemilikan dari pemegang saham. c. Pemberdayaan hutang secara optimal dan dengan pembiyaan hutang yang efisien akan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemampuan perusahan dalam membayar dividen. BAB IV DAFTAR PUSTAKA Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Alih Bahasa: Ali Akbar Yulianto. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Darmadji, Tjiptono. 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Helmi, et al. 2007. Analisis data Penelitian (Menggunakan Program SPSS). Medan: USU Press. Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Kuswadi. 2004. Memahami Angka-Angka dan Manajemen Keuangan Bagi Orang Awam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Nachrowi, D. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometri: Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nasution, Hasanul Aswadi. 2004. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Riyanto, Bambang. 2000. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan ”Teori dan Aplikasi”. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Sudarsi, Sri 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal bisnis dan ekonomi. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Kelima. Bandung: CV. Alfabeta. Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Dua. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Prenhallindo. Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonosia. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Umar, Husein. 2000. Research Methods in Finance and Banking. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Walsh, Ciaran. 2004. Key Management Ratios: Rasio-rasio Manajemen Penting. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga ANALISIS PENGARUH KEWIRAUSAHAAN KORPORASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PABRIK PENGOLAHAN CRUMB RUBBER DI PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian ini merupakan salah satu sektor ekonomi dan yang merupakan pula salah satu sarana pembangunan dan sekor pertanian ini masih memegang peranan yang sangat penting dalam meninjang laju pembangunan di Negara kita dan merupakan sector andalan bagi Propinsi Sumatera Selatan. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 2,0 juta ton pada tahun 2005. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$ 2,0 milyar, dan diperkirakan nilai ekspor karet pada tahun 2006 akan mencapai US$ 4,2 milyar (Kompas, 2006). Crumb Rubber merupakan suatu industri pengolahan karet remah yang berbadan hukum PT yang beroperasi di Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan. Pabrik bergerak dibidang perkaretan yang mengolah bahan baku karet berasal dari petani karet di Kabupaten yang diterima pabrik dalam bentuk slabs, lump, cuplump, dan sit angin atau lebih dikenal dengan “BOKAR” (Bahan Olah Karet Rakyat) menjadi produk setengah jadi berkualitas ekspor. Sudah banyak yang dilakukan pihak perusahaan dalam rangka memacu roda perekonomian masyarakat kota Palembang khususnya dan petani di banyak kabupaten Propinsi Sumatera Selatan. Propinsi Sumatera Selatan merupakan propinsi yang unggul dalam bidang industri karet remah, karena produk karet merupakan komoditi ekspor unggulan yang menjadikan propinsi ini sebagai penghasi karet yang terbesar. Ekspor karet Indonesia umumnya dilakukan dalam bentuk karet remah atau dikenal dengan nama “Crumb Rubber” yang diklasifikasikan dengan Standar Indonesia Rubber (SIR) yaitu SIR 5, SIR 10, dan SIR 20, dan diekspor langsung ke Negara konsumen (Amerika, Eropa dan Asia maupun Negara ketiga). Perbandingan ekspor ke Negara Amerika sebesar 60 persen sampai 75 persen, 20 persen ke Negara Jepang, dan selebihnya ke Eropa dan ke Negara Australia (Gapkindo, 2006). Kota Palembang merupakan daerah yang mempunyai jumlah perusahaan skala kecil, menengah, dan besar yang relatif besar jumlahnya. Sebagaimana kota besar lainnya di Indonesia, kota Palembang juga mengalami perkembangan dalam industri manufaktur, khususnya industri pengolahan crumb rubber ditandai dengan bertambahnya jumlah perusahaan crumb rubber. Perkembangan jumlah pabrik pengolahan crumb rubber Semakin meningkatnya jumlah pabrik pengolahan crumb rubber, khususnya di Kota Palembang berarti perusahaan harus mampu bersaing dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba. Semakin besar laba yang diperoleh maka kontinuitas perusahaan dimasa yang akan datang akan terjamin. Disamping tujuan memperoleh laba, perusahaan bertujuan untuk membantu pemerintah meningkatkan ekspor non migas dan menambah devisa, meningkatkan produktifitas dan efisiensi dari produksi karet agar dapat bersaing dengan industri sejenis dalam negeri dan luar negeri. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya seoptimal mungkin, disamping sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan/teknologi, dan sumber daya modal. Sumber daya lain yang harus dimiliki dan dikembangkan adalah kewirausahaan korporasi (Corporate Enterpreneurship atau Intrapreneurship). Kewirausahaan korporasi yang dipergunakan oleh sebuah organisasi untuk memperluas usaha dengan menjajaki peluang baru melalui kombinasi baru dari sumber daya yang sudah ada, Kewirausahaan korporasi tersebut merupakan cara untuk memimpin persaingan bisnis yang digeluti. Intrapreneurship, jelas berkaitan dengan kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kebiasaan memulai dan mengembangkan bisnis baru di dalam struktur organisasi yang sudah ada (Stoner, 2000:170). Sesuai dengan tujuan dan kemampuan bersaing, maka fungsi kewirausahaan korporasi adalah melakukan proses penciptaan kekayaan (kemakmuran) dan peningkatan nilai tambah, melalui gagasan-gagasan, meramu sumber-sumber dan membuat segala sesuatunya menjadi kenyataan. Dikaitkan dengan industri crumb rubber sebagai obyek penelitian, disini terlihat adanya pemanfaatan potensi sumber daya manusia, alam, dan teknologi yang bisa dimanfaatkan secara baik untuk kesejahteraan baik bagi perusahaan maupun bangsa. Perusahaan dapat mampu melihat adanya “peluang” dan berambisi untuk “memanfaatkan peluang”. Karena memanfaatkan peluang memang penuh dengan segala resiko (Thomas, et. Al, 2002:8). Penelitian ini akan memfokuskan kepada ciri kewirausahaan korporasi (Corporate Entrepreneurship), karena ciri tersebut menjadi dasar di dalam penelitianpenelitian sebelumnya dan mendapati bahwa kewirausahaan korporasi merupakan faktor yang penting dan mempengaruhi dalam pencapaian keberhasilan / kinerja perusahaan, seperti yang telah dilakukan oleh Puspo (2005:5); Ferreira (2002:4); Balloun & Weinstein ( 2000: 58). Pada Industri crumb rubber yang akan diteliti, ukuran kinerja yang dicapai oleh perusahaan dilihat/diukur dari tingkat pertumbuhan penjualan, tingkat pertumbuhan keuntungan, dan tingkat pertumbuhan tenaga kerja. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis pada tanggal 11 s/d 17 Nopember 2006 pada salah satu pabrik pengolahan karet remah (crumb rubber) di Kota Palembang, sudah mendirikan pabrik baru yang merupakan anak perusahaan pabrik pengolahan crumb rubber. Pabrik tersebut selain mengolah karet sesuai klasifikasi Standar Nasional (SIR) yaitu SIR 10 dan SIR 20, yaitu pada tahun 2004 salah satu industri crumb rubber yang bekerja sama dengan Balai Penelitian Karet Sembawa, telah melakukan pengembangan usaha dari hasil penelitian dengan menemukan dan mengembangkan serta memasarkan produk baru yang dinamakan “Deorub (SIR 20 Deorub)”, yaitu Asap Cair yang digunakan untuk mengatasi masalah plastisitas karet yang rendah, seperti bau tidak sedap dan mutu karet yang rendah. Asap cair ini merupakan Pabrik Asap Cair pertama di Indonesia dan mungkin juga di Asia Tenggara yang sudah mempunyai hak paten dalam negeri No. P00200200631, hak paten luar negeri (Internasional) dengan No. PCT/ID02/00004, dan hak paten khusus di Malaysia N0. PI.20031289, Thailand No.081825 dan Vietnam No. 1- 20030004101. Hak paten ini untuk pengolahan crumb rubber karet RSS, dan karet blok skim. Mulai dari bahan mentah, cara pengolahan sampai cara aplikasi ke dalam karet. Hasil Lateks yang diuji coba untuk di ekpor sebanyak 140 ton yang menggunakan SIR 20 Deorub, diterima pabrik ban Michelin di Prancis, Disamping itu juga, untuk pengolahan sit asap (ribbed smoked sheet/RSS), penggunaan SIR 20 Deorub juga menguntungkan. Pabrik ini merupakan anak perusahaan dari perusahaan pengolahan crumb rubber tersebut. Selain menemukan dan mengembangkan Asap Cair, pabrik ini juga telah memproduksi kotak kemasan dengan desain baru yang efektif dan ekonomis (Metal Box Packaging) yang terbuat dari campuran aluminium dan baja) yang digunakan sebagai tempat hasil karet (lateks) yang akan dikirim ke konsumen sesuai standar untuk ekspor bagi yang tidak memakai jasa container. Produk tersebut diproduksi sebagai hasil kerjasama dengan perusahaan yang ada di Singapura. Produk lain yang dihasilkan perusahaan tersebut adalah karet blok skim, yaitu cara pengolahan aplikasi ke dalam karet. Di Indonesia, penelitian tentang kewirausahaan korporasi masih terbatas dan belum banyak dilakukan. Penelitian yang sudah ada memfokuskan kepada cirri kepribadian seorang usahawan, yang meneliti tentang pengaruh hubungan antara kepribadian usahawan dan hubungannya dengan pengetahuan dan penggunaan informasi akuntansi terhadap prestasi perusahaan manufaktur skala menengah di Indonesia (Suhairi, 2004). Peneliti lain mengkaitkan kewirausahaan korporasi dengan bauran pemasaran dan ketidakpastian lingkungan usaha sebagai variabel moderator terhadap hubungan antara kewirausahaan korporasi dengan prestasi perusahaan manufaktur berskala menengah di Indonesia (Puspo, 2005). Kajian terdahulu telah merumuskan bahwa kewirausahaan korporasi merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja perusahaan manufaktur berukuran menengah ( Barret, et.Al, 2000; Ferreira, Lumpkin & Dess, 2001; Sarkar, et.Al, 2001; Zahra 1991 & 2001, dalam Puspo, 2005). Sampai saat ini belum ada kajian yang membahas tentang pengaruh kewirausahaan korporasi dalam kaitannya terhadap pertumbuhan kinerja perusahaan manufaktur berukuran besar khususnya pengolahan crumb rubber di Kota Palembang. Berdasarkan dan menyikapi fenomena-fenomena di atas, maka kewirausahan korporasi perlu ditingkatkan tentunya dengan berperannya fungsi kewirausahaan dari berbagai sektor usaha, terutama sektor pabrik pengolahan crumb rubber. Mengacu pada pentingnya hal tersebut terhadap kinerja perusahaan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Kewirausahaan Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Pabrik Pengolahan Crumb Rubber Di Palembang”. 1.2. Perumusan Masalah Masalah utama penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kewirausahaan korporasi terhadap kinerja perusahaan pabrik pengolahan crumb rubber di Palembang ? 1.3. Tujuan penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis sampai berapa jauh pengaruh kewirausahaan korporasi mempengaruhi kinerja perusahaan pabrik pengolahan crumb rubber di Palembang. 1.4. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan beberapa manfaat antara lain: 1. Manfaat teoritis _ Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengembangan ilmu manajemen khususnya manajemen pemasaran mengenai kewirausahaan korporasi dan pengaruhnya terhadap kinerja korporasi pada industri crumb rubber di Palembang. _ Memperkaya khasanah studi empiris bagi para peneliti yang berkecimpung dalam kajian ekonomi bisnis dan sebagai bahan referensi untuk penelitian serupa dimasa mendatang. 2. Manfaat praktis Dari aspek praktis penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi industri crumb rubber di Palembang dalam mengkaji pengelolaan kewirausahaan korporasi yang berkaitan dengan aktifitas pemasaran untuk meningkatkan kinerja korporasi/perusahaan. BAB II PEMBAHASAAN II. Tinjauan Pustaka Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sarung tangan, sabuk transmisi, dock fender, sepatu, sandal karet, dan bahkan karet gelang. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetis terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetis relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan (Anwar, 2005:3). Dengan adanya kebijakan pemerintah melalui Menteri Perdagangan berupa larangan ekspor karet dalam bentuk mentah, maka industri melengkapi diri dengan hammer mill dan pre breaker, dryer, dan alat-alat press untuk membuat crumb rubber (yaitu, SIR), agar produk yang dihasilkannya memenuhi persyaratan konsumen. Dengan kemajuan teknologi ini maka terjadi penambahan kapasitas produksi dan produk yang dihasilkan adalah berkualitas ekspor yaitu,SIR 10 dan SIR 20 dan dijual di Negara Eropa, Amerika, Jepang, RRC, Singapura, Asia Pasifik, meskipun ada Industri crumb rubber lain yang menjual produk di dalam negeri sebesar 10 persen, sisanya dijual ke luar negeri (www.gapkindo.co.id). Untuk tahun 2006 produksi karet yang telah dicapai sebesar 550.000 ton dengan devisa yang telah diterima oleh Pemprov Sumsel mencapai Rp.1,9 Trilyun, tahun depan berencana akan meningkatkan target produksi. Industri crumb rubber di Palembang memiliki pasaing yang turut meramaikan pasar crumb rubber, yaitu di daerah-daerah di 2.1. Pengertian Kewirausahaan Menurut Vesper (1983:14) Birch, et.Al, 1990:19; Stewart (1992: 52); Fenn (1994:66); Acs (1992:39), dalam Stoner, et.Al, (2004:162), kewirausahaan mempunyai paling sedikit empat manfaat sosial, yaitu: (1) Memperkuat pertumbuhan ekonomi; (2) Meningkatkan produktifitas; (3) Menciptakan teknologi, produk, dan jasa baru; (4) Perubahan pasar atau meremajakan persaingan pasar. Berbagai definisi dikemukakan oleh para peneliti dalam bidang kewirausahaan, beberapa definisi kewirausahaan (Maes, 2003 dalam Puspo, (2006) dan (dari berbagai sumber) adalah sebagai berikut: 1. Menurut (Miller, 1983) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan dengan produk, pemasaran dan inovasi teknologi. 2. Schuler, (1986), menyatakan bahwa kewirausahaan adalah penciptaan atau melakukan inovasi utuk menghasilkan produk atau usaha/jasa baru dalam organisasi perdagangan atau dalam organisasi yang baru. 3. Stevenson & Jarillo, (1990), adalah proses yang dilakukan oleh individuindividu dalam organisasi untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan organisasi dengan mempertimbangan sumber yang dimiliki. 4. Jones & butler, (1992), adalah Proses yang dijalankan oleh perusahaan dengan memperhatikan peluang yang ada dan melakukan secara untuk melakukan transaksi yang berkaitan dengan faktor produksi untuk mengasilkan nilai tambah. 5. Krueger & Brazeal, (1994), adalah melakukan upaya terhadap peluang tanpa bergantung pada sumber yang tersedia. 6. Robbins & Coulter (1999); Wiratmo (1996); Stoner (1999), adalah Proses mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan sesuatu yang berbeda (inovatif) dan berani mengambil resiko dengan maksud menciptakan kekayaan bagi individu ataupun organisasi dan meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat. 7. Shane & Venkataraman, (2000), adalah penemuan, penciptaan, dan sebab dan akibat yang ditimbulkan peluang untuk mewujudkan produk dan jasa yang digunakan pada masa yang akan datang. 8. Low, (2001), adalah pertumbuhan usaha baru. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan dikatakan sebagai suatu proses mengerjakan sesuatu (kreatif), sesuatu yang berbeda (inovatif), dan berani mengambil resiko (risk-taking). Seorang wirausahawan (entrerpreneurship) yang kreatif berhubungan dengan kemampuan dan keuletan untuk mengembangkan ide-ide baru dengan menggabungkan sumber-sumber daya yang dimiliki, dimana mereka selalu mengobservasi situasi dan problem-problem sebelumnya yang tidak atau kurang diperhatikan. Selain itu mereka cenderung memiliki banyak alternatif terhadap situasi tertentu dan mendayagunakan kekuatankekuatan omosional mental di awah sadar yang dimiliki untuk menciptakan sesuatu produk yang baru atau cara baru dan sebagainya. Inovatif merupakan aplikasi dari ide-ide kreatif tadi dengan harus berani menanggung resiko dari apa yang dilakukan untuk mendapatkan kesempatan dalam meningkatkan usaha dan keuntungan dengan memanfaatkan peluang/potensi sumber daya yang ada. Biasanya kewirausahaan adalah sebagai suatu proses dari pengembangan perusahaan yang tidak berkaitan dengan usaha yang sudah ada dan biasanya dilakukan secara individu atau bersama tetapi bukan sebagai penemu dari hasil suatu produk. 2.2. Pengertian Kewirausahaan Korporasi (Corporate Entrepreneurship) Ferreira (2002:4) menyatakan bahwa kewirausahaan korporasi merupakan suatu penelitian baru yang sedang berkembang, namun demikian sampai kini definisi yang digunakan para ahli berbeda. Definisi kewirausahaan korporasi dari beberapa ahli adalah sebagai berikut (Puspo, 2006, dan dari berbagai sumber): 1. Kuratko, et.Al (1993), Intraprenuership/Corporate Entrepreneurship adalah kewirausahaan dalam korporasi/perusahaan yang menjelaskan perilaku kewirausahaan di dalam organisasi yang sudah ada (established firm). 2. Lumpkin & Dess, (1996), Kewirausahaan Perusahaan / korporasi adalah proses, pengerjaan, dan aktifitas pengambilan keputusan (ber orientasi pada Entrepreneurial Orientation yaitu,terdiri dari tiga dimensi inovasi (innovativeness), proaktif (proactiveness), dan pengambilan resiko (risktaking) dalam mencapai kinerja perusahaan. 3. Thomas & Norman, (1996), kewirausahaan perusahaan merupakan alat yang sangat potensial untuk menjadikan perusahaan yang kompetitif, meningkatkan posisi daya saing, dan dapat menciptakan dan mengembangkan inovasi. 4. Dess, et.Al, (1999), Kewirausahaan korporasi (Corporate Entrepreneurship) proses dari dua jenis masalah yaitu, (1) mewujudkan perdagangan/perniagaan baru dalam organisasi yang sudah ada melalui inovasi internal maupun kerjasama, (2) perubahan bentuk organisasi melalui pembaharuan strategi, seperti penciptaan kekayaan baru melalui sumber-sumber yang tersedia. 5. Covin & Slevin, (1999), adalah bentuk dari inovasi dengan tujuan memberikan nafas/nuansa baru kepada organisasi, pemasaran atau industri untuk menciptakan keunggulan bersaing, memperluas kemampuan perusahaan dengan memanfaatkan peluang internal yang ada melalui sumber-sumber yang baru yang secara langsung mempunyai pengaruh terhadap kinerja parusahaan. 6. Zahra, et.Al, (2000), adalah jumlah inovasi dari perusahaan/firma, dan usaha pembaharuan. 7. Ucbasaran, et.Al, (2001), adalah suatu proses pembaharuan dalam organisasi berkaitan dengan dimensi yang berbeda namun mempunyai keterkaitan satu sama lain yaitu, (1) terciptanya perniagaan baru melalui pengembangan produk dan perluasan pasar (market share), proses, teknologi, dan melakukan inovasi, dan (2) merubah bentuk konsep perniagaan, penyesuaian bentuk organisasi, dan merubah sistem secara keseluruhan untuk inovasi. 8. Stoner, 2000; Kotler, 2005; Cravens, (2005), adalah proses dari tiga dimensi Corporate Entrepreneurship) yaitu, inovasi, proaktif, dan pengambilan resiko yang merupakan dimensi yang sudah mapan/diakui (established). Dari beberapa definisi tentang kewirausahaan korporasi (Corporate Entrepreneurship) di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan korporasi merupakan aktifitas baik formal maupun informal yang ditujukan untuk penciptaan bisnis baru di dalam perusahaan yang sudah mapan untuk menciptakan produk baru yang berkaitan dengan produk terdahulu melalui proses inovasi dan tindakan proaktif serta pengembangan pasar dalam pencapaian kinerja perusahaan. 2.3. Model Kewirausahaan Korporasi (Corporate Entrepreneurship Model/CEM) Untuk mengetahui berbagai model kewirausahaan korporasi dapat kita lihat beberapa model kewirausahaan korporasi sebagai berikut: 2.3.1. Model Kontingensi Kewirausahaan Korporasi Barret dan Weinstein Model CE yang dikemukakan oleh Barret dan Wiensteisn (2000) adalah sebuah model yang dikenal sebagai model kontingensi kewirausahaan korporasi (The Contingency Model of Corporate Entrepreneurship). Model yang dikembangkannya berdasarkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan olen Colvin dan Slevin (1991), Zahra (1991), Narbar dan Slater (1990), dan Jaworski dan Kohli (1993). Model ini adalah berkaitan dengan prinsip-prinsip untuk menjalankan aktifitas perusahaan seperti menetapkan misi dan strategi pemasaran, perilaku CE, penerapan pemasaran dan strategi untuk mencapai tujuan, dan prestasi/kinerja perusahaan. Berarti, model ini menjelaskan dan menghubungkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan positif antara fungsi pemasaran dengan kewirausahaan korporasi (CE) dan kinerja korporasi. 2.3.2. Model Orientasi Kewirausahaan Korporasi Lumpkin dan Dess. Model CE lain yang dikemukakan oleh Lumpkin dan Dess (1996) yang menyatakan bahwa ada lima dimensi CE yang mempengaruhi kinerja perusahaan/korporasi yaitu kebebasan (otonomy), inovasi, kesediaan untuk mengambil resiko, proaktif, dan keagresifan bersaing. Lumpkin dan Dess menyatakan bahwa kunci utama dari dimensi orientasi kewirausahaan adalah meliputi tindakan yang dapat dilakukan secara bebas atau tidak bergantung pada pihak lain, artinya adanya kehendak untuk mengadakan pembaharuan dan bersedia menanggung resiko, cenderung lebih agresif dari pesaing, serta proaktif dalam usaha melihat/meramalkan dan mengantisipasi peluang yang ada di pasar. Model ini menunjukkan bahwa aspek perusahaan / korporasi akan mempengaruhi hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan/korporasi. Numun mereka tidak menyatakan bahwa kinerja perusahaan mempengaruhi orientasi kewirausahaan. Dapat disimpulkan bahwaa model Lumpkin dan Dess menunjukjkan gambaran yang abadi sifatnya, yaitu tidak ada umpan balik (feedback) antara orientasi kewirausahaan, korporasi/perusahaan, dan faktor-faktor organisasi. \ 2.3.3. Model Kewirausahaan Korporasi Covin dan Slevin (Model Tahap Perilaku Kewirausahaan Korporasi) Covin dan Slevin (1991) mengemukakan suatu model yang terintegrasi atau terpadu yang menjelaskan hubungan antara perilaku kewirausahaan korporasi/perusahaan dengan lingkungan, strategi, faktor internal perusahaan, dan dengan kinerja atau prestasi perusahaan. Faktor variabel eksternal perusahaan terdiri dari empat dimensi yaitu (1) dimensi kecanggihan teknologi, (2) dimensi dinamisme, (3) dimensi penolakan, dan (4) dimensi daur hidup industri. Faktor variabel strategic atau misi strategi adalah pemasaran dan strategi persaingan, sedangkan faktor internal perusahaan terdiri dari dua dimensi yaitu (1) nilai-nilai manajemen atasan dan falsafah, serta (2) budaya organisasi. Model ini menunjukkan adanya pengaruh yang kuat, pengaruh yang lemah, dan pengaruh sederhana/biasa (simple) dalam hubungan antara kewirausahaan perusahaan dengan kinerja perusahaan. Bertolak belakang dengan model Lumpkin dan Dess, model ini menunjukkan juga bentuk dari umpan balik (feedback) antar variable bahwa orientasi kewirausahaan merupakan suatu konsep yang dinamis atau selalu mengalami perubahan. Covin dan Slevin mengembangkan tiga indikator yang secara langsung melibatkan faktor-faktor bauran pemasaran (marketing mix) yaitu, aktifitas hasil produksi (output), aktifitas harga (price), dan aktifitas promosi (promotion) yang berkaitan dengan berbagai aktifitas kewirausahaan perusahaan. Model Covin dan Slevin. 2.4 . Inovasi, Proaktif, dan Kesediaan Mengambil Risiko Menurut Colvin & Slevin (1989 dalam Puspo, 2006: 33); Thomas & Norman (1998:12); Wratmo (1996:8) menyatakan bahwa organisasi yang bersifat kewirausahaan atau kewirausahaan korporasi mempunyai tiga ciri utama yaitu inovasi (innovation), proaktif (proactiveness), dan berani menanggung risiko (risk-taking) Sehubungan dengan kewirausahaan korporasi, konsep kewirausahaan korporasi, menurut (Lumpkin & Dess,2001; Miller & Friesen,1983:225) terdiri dari tiga dimensi yang merupakan dimensi yang sudah diakui, yaitu Inovasi (Innovativeness), Proaktif (proactiveness), dan Pengambilan risiko (Risk-taking). 2.5. Kinerja Perusahaan Menurut Hyndman dan Anderson (1997:139) kinerja dapat dipandang dari model produksi, terdiri dari tiga tahap, input, output dan hasil, kemudian kinerja dapat diartikan dalam efisiensi dan keefektifan. Mwita (2003:19) dan didukung oleh Bromwich (1990:15) yang mendukung pandangan yang lebih komprehensif, yaitu kinerja mencakup beberapa variabel yang berkaitan dan tidak dapat dipisahkan: input, perilaku-perilaku (proses), output-output, dan outcome-outcome (nilai tambah atau dampak). Selanjutnya Ferry (2005: 43) menyatakan bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri dari individu-individu yang memiliki karekteristik yang berbeda, berpengaruh terhadap output dan outcome yang akan diraih yang dapat diarahkan dan dimotivasi untuk mencapai tujuan. Selanjutnya Pause (2000:1, dalam Mulyadi (2006:14) menyatakan bahwa pengukuran kinerja (performance) merupakan salah satu upaya supaya dapat dilakukan sumberdaya secara efektif dan dapat memberikan arah pada pengambilan keputusan strategis yang menyangkut perkembangan suatu organisasi pada masa yang akan datang. Kinerja merupakan status organisasi secara keseluruhan dibanding organisasi lain yang sejenis, atau terhadap suatu standar yang disepakati bersama. 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini antara lain yang dilakukan oleh Puspo (2006), tentang Keusahawanan Syarikat dan Prestasi Firma Pembuatan Bersaiz Sederhana di Indonesia: Peranan Campuran Pemasaran dan Persekitaran Perniagaan, dengan fokus penelitian perusahaan Manufaktur. Penelitian yang dilakukan oleh Puspo ini mendukung dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Johnson, Zahra, Lumpkin & Dess, Miller & Friesen yang menyatakan bahwa inovasi dan proaktif yang tinggi dapat meningkatkan prestasi / kinerja organisasi yang berkaitan dengan pertumbuhan penjualan, keuntungan perusahaan, dan produktifitas tenaga kerja. Hal di atas sesuai dengan pernyataan Kotler (2005), yang menyatakan bahwa apabila perusahaan proaktif, artinya sebuah perusahaan telah memasuki pasar lebih dahulu dari pesaingnya, maka perusahaan tersebut akan selalu menjadi pemimpin pasar. Selanjutnya, (Zahra & Garvis dalam Puspo, 2005) mendapati bahwa perusahaan yang bersedia menanggung risiko dengan mengorbankan biaya untuk mendapatkan manfaat (cost-benefit) dari setiap alternatif dalam pengambilan keputusan, maka akan menjadikan perusahaan tersebut lebih kuat terhadap perubahan perekonomian. Penelitian yang dilakukan oleh Puspo (2005) mengkaji hubungan tentang pengaruh kewirausahaan perusahaan dengan keberhasilan perusahaan. Faktor ketidak pastian lingkungan usaha dan aktifitas pemasaran sebagai variabel moderator terhadap hubungan antara kewirausahaan perusahaan dengan prestasi / kinerja perusahaan. Dalam penelitian tersebut Puspo mendapati bahwa ada pengaruh antara tingkat kewirausahaan perusahaan/korporasi dengan keberhasilan perusahaan. Selain hal tersebut, penelitian tersebut menunjukkan /mendapati bahwa faktor bauran pemasaran tidak memoderat hubungan antara kewirausahaan korporasi/perusahaan dengan keberhasilan perusahaan. Penelitian dari Suhairi, (2004), dengan judul “Kepribadian, pengetahuan, perakaunan (akuntansi), penggunaan informasi akuntansi dan prestasi: kajian usahawanan industri sederhana Indonesia”, yang dimuat di dalam tesis University Science Malaysia. Kajian ini berfokus pada adanya pengaruh hubungan antara kepribadian usahawan dan hubungannya dengan akuntansi (perakaunan) dalam mengukur tingkat prestasi / kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2005), dengan judul “Prospek Karet Alam Indonesia di Pasar Internasional: Suatu Analisis Integrasi Pasar dan Keragaan Ekspor”. Penelitian ini dimuat dalam makalah tentang “Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia”, yang disampaikan pada Lokakarya Budidaya Tanaman Karet di Medan (2006:1-19). Penelitian ini membahas tentang perkembangan agribisnis karet di Indonesia, strategi yang dilakukan di tingkat offfarm adalah: (a) peningkatan kualitas bokar berdasarkan SNI; (b) peningkatan efisiensi pemasaran untuk meningkatkan margin harga petani; (c) penyediaan kredit untuk peremajaan, pengolahan, dan pemasaran bersama; (d) pengembangan infrastruktur; (e) peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir; dan (e) peningkatan pendapatan baik petani maupun pengusaha. Sedangkan di tingkat on-farm yang diperlukan adalah: (a) penggunaan klon unggul dengan produktifitas tinggi (2-3 ton/ha/th); (b) percepatan peremajaan karet tua sampai tahun 2025; (c) diversifikasi usahatani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan ternak; dan (d) peningkatan efisiensi usahatani. Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di atas melihat tingkat kesuksesan perusahaan obyek penelitiannya dari kinerja industri atau kinerja perusahaan dengan melihat beberapa variabel dari beberapa industri atau perusahaan, sedangkan penelitian ini memilih pabrik pengolahan karet remah (crumb rubber) sebagai obyek penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dimensi inovasi, proaktif, dan pengambilan risiko dalam kewirausahaan korporasi terhadap tingkat pertumbuhan kinerja perusahaan. 2.7. Kerangka Konseptual Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kewirausahaan korporasi terhadap kinerja perusahaan pengolahan crumb rubber, dimana apakah pengembangan produk yang ditawarkan telah cukup efektif untuk menarik minat konsumen untuk menggunakan produk yang ditawarkan. Selain itu juga apakah produk yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan crumb rubber tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan, dengan cara memanfaatkan peluang yang tersedia dan membuat perbandingan antara risiko yang ada dengan kinierja perusahaan. Dan apakah keunggulan dan keunikan produk dapat mempengaruhi sukses atau tidaknya produk tersebut dipasaran, dimana dapat dilihat pada tingkat pertumbuhan kinerja perusahaan. Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, landasan teori, model CE, dan penelitian terdahulu, maka kerangka analisis yang dibangun untuk melihat hubungan antara Kewirausahaan Korporasi terhadap kinerja perusahaan pabrik pengolahan crumb rubber III. Metode Penelitian 3.1. Rancangan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kewirausahaan korporasi/Corporate Entrepreneurship terhadap kinerja perusahaan atau tingkat pertumbuhan perusahaan pada pabrik pengolahan karet remah (crumb rubber) di Palembang. Sesuai dengan tujuan penelitian maka penelitian ini bersifat kausalitas atau mencari hubungan sebab akibat yang dijelaskan secara deskriptif (Zikmund, 2005:52). Sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kausal adalah mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara variabel, mencari tipe sesungguhnya dari fakta untuk membantu memahami dan memprediksi hubungan, menetapkan pendekatan kausal dari kejadian-kejadian yang berurutan, dan mengukur variasi antara penyebab yang diduga dan akibat yang diduga. 3.2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri manufaktur khususnya pabrik pengolahan karet remah (crumb rubber) di Palembang. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubugan antara variabel independen dan variabel dependen. Perusahaan yang diteliti adalah pabrik yang ada di Kota Palembang dan yang tergabung dalam GAPKINDO Cabang Palembang. Metode yang digunakan untuk penarikan sampel berdasarkan populasi yang ada, maka penelitian ini mengambil populasi sebagai sampelnya atau dengan cara sensus yaitu penelitian yang menyeluruh dari suatu populasi. Berdasarkan jumlah pabrik yang terdaftar di Palembang berjumlah dua belas pabrik, dari dua belas pabrik yang ada sepuluh pabrik yang bisa dijadikan sampel yang telah beroperasi dan berproduksi sampai dengan tahun 2005. Sedangkan dua dari pabrik yang ada tetapi tidak bisa dijadikan sampel, disebabkan satu perusahaan baru beroperasional pada tahun 2006 dan satu perusahaan lainnya statusnya baru terdaftar. Perusahaan yang diteliti termasuk usaha berskala besar yang mempunyai jumlah tenaga kerja lebih dari 290 orang yang bekerja sebagai tenaga kerja tetap (Kamar Dagang dan Industri). 3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Berdasarkan kerangka konseptual pada gambar 2.4, variabel yang dibentuk dalam penelitian ini akan diukur dari variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Dalam penelitian ini variabel bebas akan mempergunakan sembilan item pertanyaan yang akan diukur dari tingkat kewirausahan perusahaan dan tiga item pertanyaan yang dilihat dari kriteria kinerja perusahaan yang di adopsi dari Covin dan Slevin (1998). Selain hal tersebut, dalam penelitian ini ada beberapa variabel control, yaitu: 1. Ukuran perusahaan (Company size) sebagai variabel control karena adanya hubungan yang signifikan antara ukuran, inovasi perusahaan, dan diversifikasi produk. 2. Umur perusahaan (Company age), sebagai variabel control karena faktor tersebut akan berpengaruh terhadap operasi dan aktifitas. 3. Tipe industri (Industry type) sebagai variabel control karena tipe industri yang berbeda akan mempunyai kinerja yang berbeda. (Zahra, 1993; Pinchot, 1985, dalam Puspo, 2006: 90). Batasan operasional variabel dari penelitian ini, sebagai berikut: Kewirausahaan mencakup upaya mengawali perubahan dalam produksi, sedangkan Kewirausahaan Korporasi adalah bagian dari Intrapreneurship yang dipergunakan oleh sebuah organisasi untuk memperluas usaha dengan menjajagi peluang baru melalui kombinasi baru dari sumber daya yang sudah ada. 3.3.1. Kewirausahaan Korporasi Adalah kewirausahaan yang ada dalam sebuah organisasi, yang terdiri dari dimensi inovasi, proaktif, dan kesediaan mengambil risiko. Dalam penelitian ini akan diukur dengan mempergunakan sembilan item pertanyaan. Variabel ini diadopsi dari model kewirausahaan perusahaan yang dikembangkan oleh Covin dan Slevin (1991) dalam Puspo (2005), yaitu: 3.3.1.1. Dimensi Inovasi (X) Variabel ini menjelaskan bagaimana intensitas inovasi yang dilakukan perusahaan crumb rubber dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Variabel ini mencerminkan kreatifitas terhadap hasil produksi serta pemecahan masalah yang unik atau luar biasa dan meliputi pengembangan dalam bidang teknologi. Disamping itu juga mencerminkan kecenderungan suatu perusahaan dalam penciptaan ide baru, melakukan percobaan dan penelitian. Dengan kata lain berkaitan dengan timbulnya ide baru, penelitian, dan kreatifitas yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencari peluang baru. 3.3.1.2. Dimensi Proaktif (X) Variabel ini menjelaskan semakin tinggi perusahaan dapat mencari dan memanfaatkan peluang yang ada dengan gagasan baru maka hasil tindakan proaktif dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Artinya pendekatan perusahaan dari tindakan yang dilakukan lebih awal dari pesaing untuk mencari peluang pasar melalui riset pasar dan menjadikan produk yang pertama kali memasuki pasar (first mover). Dimensi ini mempunyai perspektif atau pandangan yang jauh ke depan melampaui para pesaing dalam usaha memperkenalkan produk baru dan memprediksi permintaan dimasa yang akan datang, menciptakan perubahan dengan memperhatikan aspek lingkungan. Berarti, di dalam dimensi ini adanya kreatifitas yang merupakan hakikat dari tindakan-tindakan kewirausahaan korporasi/kewiraswastaan. 3.3.1.3. Dimensi Kesediaan Mengambil Risiko (X) Variabel ini menjelaskan perbandingan antar risiko yang ada dengan kinerja perusahaan. Dimensi pengambilan risiko (risk-taking) melibatkan keinginan dari manajer untuk mempunyai komitmen terhadap pengelolaan dalam memanfaatkan peluang terhadap sumber daya yang ada yang mungkin akan menimbulkan biaya dan kerugian. 3.3.2.Kinerja Perusahaan (Y) Kinerja Perusahaan merupakan hasil kerja atau peningkatan produktifitas dari suatu usaha dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki yang dilakukan oleh perusahaan (dari input-proses-output). Variabel ini merupakan akibat dari ketiga dimensi variabel X (variabel independen) di atas sehingga dengan adanya ketiga dimensi variabel tersebut dapat mempengaruhi tingkat kinerja atau prestasi perusahaan. Variabel yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur variabel ini.adalah kinerja perusahaan yang dicapai dalam tiga tahun terakhir (2003 – 2005) yang diukur berdasarkan dari tingkat pertumbuhan penjualan yang dilakukan, keuntungan yang diraih, dan tenaga kerja. Variabel ini diadaptasi dari kinerja perusahaan yang dikembangkan oleh Meredith dan Kotey (1996) dan Murphy (1998) dalam Puspo (2005). 3.4. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dilakukan melalui wawancara terstruktur langsung kepada pimpinan pabrik atau yang mewakilinya. 3.5. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku atau media cetak dari jurnal Marketing, Journal of Business Venturing, literatur-literatur, majalah, jurnal ilmiah, kantor BPS Propinsi Sumatera Selatan dan Gapkindo cabang Palembang, hasil penelitian serta dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner. 3.6. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam memperolah data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner yang berhubungan dengan variable yang diteliti. Sedangkan pengukurannya dengan skala Likert 7 point dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju untuk memperoleh data yang bersifat interval dan diberi skor atau nilai. 3.7. Teknik Analisa Data Sebelum melakukan analisa data terlebih dahulu dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, dan uji normalitas untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kewirausahaan korporasi dari variabel dimensi inovasi, proaktif, dan kesediaan mengambil risiko terhadap kinerja perusahaan pengolahan karet remah (crumb rubber). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 13.0 for Windows. 3.7.1. Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk menguji sejauh mana alat ukur dalam hal ini item kuesioner mana yang valid dan yang mana yang tidak valid dengan cara mencari korelasi antara setiap item pernyataan dengan skor total pernyataan. Jadi dapat dikatakan bahwa semakin tinggi validitas suatu tes, maka alat tes tersebut semakin tepat mengukur sasarannya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS dengan mencari nilai koefisien korelasi ( r ) dari masing-masing pertanyaan dan dibandingkan dengan table korelasi r. Bila r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut valid.

3.7.2. Uji Reliabilitas
Uji relaibilitas ini dilakukan untuk menguji kepercayaan alat pengungkap dari
data. Dengan diperolehnya nilai dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks
korelasi yang menyatakan ada tidaknya hubungan antara dua instrumen. Untuk
menguji kehandalan variabel atau item diperhatikan nilai reliibility coefisient (alpha).
Uji ini dilakukan dengan SPSS dan apabila r Cronbach alpha > 0,6 dan nilainya
positif berarti variabel yang diukur bersifat reliabel.


IV. Hasil Penelitian
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Industri pengolahan karet remah (crumb rubber) berada di dalam wilayah Kota Palembang, yang berjumlah 10 perusahaan. Pola budaya dan pengolahan karet alam telah berubah secara signifikan sejak industri ini berhasil memenuhi tuntutan konsumen utamanya, yaitu industri ban sehingga pertumbuhan permintaan karet alam dunia meningkat terus dari tahun ke tahun. Dari aspek konsumsi ban dicatat mampu menyerap lebih dari 75 persen produksi karet alam dunia sehingga karet alam sangat tergantung dengan keadaan ekonomi dunia.
Dengan adanya kebijakan pemerintah melalui Menteri Perdagangan berupaM larangan ekspor karet dalam bentuk mentah maka industri melengkapi diri dengan hammer mill dan pre breaker, dryer, dan alat-lat press untuk membuat crumb rubber (SIR), agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan konsumen. Dengan kemajuan teknologi ini maka terjadi penambahan kapasitas produksi. Produk yang dihasilkan adalah berkualitas ekspor (SIR 10 dan SIR 20) dengan tujuan ekspor adalah 75 persen ke Amerika dan selebiihnya ke Negara Eropa dan Asia. Kebutuhan bahan olah karet (bahan baku) perusahaan/industri dipasok oleh para petani karet rakyat dalam bentuk slablump, cuplump, dan sit angin, baik secara langsung maupun melalui pedagang perantara.
Berdasarkan kuesioner yang disebar ada 10 perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan karet remah (crumb rubber) di Kota Palembang, yaitu PT. Muara Kelingi I; PT. Muara Kelingi II; PT. Aneka Bumi Pratama; PT. Panca Samudra Simpati; PT. Hok Tong; PT.Sunan Rubber; PT. Baja Baru; PT. Gajah Ruku; PT. Remco; PT. Prasidha Aneka Pratama.

4.2. Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan berdasarkan lama berdirinya dimana dari sepuluh perusahaan yang telah beroperasi, ada dua perusahaan yang telah berdiri selama 20 tahun, sedangkan perusahaan lainnya telah berdiri lebih dari 20 tahun yaitu antara 27 tahun sampai 70 tahun. Jumlah tenaga kerja tetap perusahaan untuk jumlah tenaga kerja tetap ada dua perusahaan yang memiliki tenaga kerja sebanyak 317 orang, sedangkan perusahaan lainnya yang memiliki 500 orang tenaga kerja sebanyak 1 perusahaan, 439 orang sebanyak 1 perusahaan, 407 orang tenaga kerja sebanyak 1 perusahaan, ada 2 perusahaan yang memiliki masing-masing 361 orang dan 340 orang, sedangkan 3 perusahaan lainnya memiliki tenaga kerja dibawah 317 orang. Semua perusahaan crumb rubber tidak ada yang memiliki tenaga kerja tidak tetap, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerjanya sehingga para pekerja merasa tenang dalam menjalankan tugasnya. Hubungan antara perusahaan dengan tenaga kerja dinyatakan dalam bentuk Perjanjian
Kerja Bersama (PKB), dimana hak, kewajiban, dan jenis perlindungan terhadap karyawan diperhatikan dan dikaji ulang sesuai dengan kondisi serta peraturan.
Dari sepuluh perusahaan yang ada, jenis industri yang digeluti adalah dalamMbidang pengolahan karet remah (crumb rubber). Komposisi dari saham yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan bahwa ada 4 perusahaan yang sahamnya merupakan milik investor dalam negeri, dan 3 perusahaan merupakan murni milik investor asing. Dua perusahaan lainnya merupakan gabungan antara investor asing (60 persen) dan dalam negeri (40 persen). Sedangkan 1 perusahaan lainnya 75 persen merupakan saham milik investor asing dan 25 persen milik investor dalam negeri. Negara Singapura merupakan Negara yang terbanyak sebagai pemilik perusahaan di bidang crumb rubber, dari data kuesioner menunjukkan 50 persen, sedangkan 40 persen merupakan murni milik asal pengusaha dalam negeri, 10 persen lainnya dimilki oleh Negara Jepang. Karakteristik jumlah aset perusahaan menunjukkan bahwa dari data kuesioner, 100 persen jumlah asset dari sepuluh perusahaan semuanya diatas Rp.25.000.000.000,- Aset perusahaan tersebut terdiri dari lahan/tanah, gedung pabrik, perumahan karyawan, mesin, kendaraan, dan sarana penunjang lainnya.

4.3. Deskripsi Variabel
4.3.1. Variabel Kewirausahaan Korporasi
Pernyataan tentang variabel bebas kewirausahaan korporasi yang ditujukan kepada responden/perusahaan dapat disimpulkan sementara bahwa kewirausahaan korporasi yang dilakukan perusahaan sudah cukup berhasil dalam memproduksi dan memperkenalkan produk baru, sehingga dapat mempengaruhi konsumen untuk menggunakan produk mereka. keberhasilan perusahaan yang berkaitan dengan kewirausahaan korporasi yang dilakukan.

4.3.2. Variabel Kinerja Perusahaan
Frekuensi tingkat kepuasaan kinerja ekspor menunjukkan bahwa perusahaan dalam melakukan ekspor dominan menyatakan sangat puas dengan hasil yang dicapai yaitu 7 perusahaan (70%) menyatakan sangat puas dan 3 perusahaan (30%) menyatakan puas.
Variabel terikat tingkat Kinerja Perusahaan secara garis besar dianggap sukses
oleh perusahaan, hal ini terlihat pada tabel yaitu menunjukkan adanya kenaikan tingkat pertumbuhan rata-rata prestasi yang dicapai perusahaan tiga tahun terakhir terhadap kinerja perusahaan yang tidak mengalami penurunan setelah adanya penemuan produk baru yang dipasarkan (pertumbuhan rata-rata prestasi yang menyatakan naik > 0% -10%) berjumlah 7 perusahaan dan 3 perusahaan menyatakan mengalami kenaikan >10% - 20%. Demikian juga dalam meningkatkan penjualan, keuntungan yang diraih, dan produktifitas tenaga kerja yang dicapai perusahaan juga rata-rata puas dengan hasil yang dicapai.




5.1. Analisis Deskriptif
5.1.1. Analisis Deskriptif Kewirausahaan Korporasi
Kewirausahaan korporasi penelitian ini terdiri dari dimensi inovasi, proaktif, dan kesediaan untuk mengambil risiko. Dari hasil data pada lampiran 3, terlihat bahwa hasil rata-rata dari dimensi variabel bebas kewirausahaan korporasi mempunyai nilai rata-rata adalah 5,69 (nilai Mean di atas rata-rata). Ini berarti bahwa dalam industri/pabrik pengolahan crumb rubber ini sangat proaktif, penuh dengan inovasi untuk mencapai tujuan perusahaan, dan mempunyai tingkat kesediaan mengambil risiko yang cukup tinggi dalam melakukan usaha untuk mencapai kinerja/prestasi perusahaan. Apabila dilihat dari hasil statistik deskriptif kewirausahaan yang dilakukan, maka sebenarnya tidak ada perbedaan yang nyata antara nilai mean pada setiap indikator/pernyataan.
Dari hasil nilai dimensi kewirausahaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pabrik pengolahan crumb rubber di Kota Palembang pada umumnya tingkat kewirausahaan korporasi yang cukup tinggi, dimana mempunyai tingkat proakrif tinggi, inovasi cukup tinggi namun tetap bersedia mengambil risiko untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di Indonesia (Puspo,2005:163) yang mendapati bahwa usaha kecil dan menengah di Indonesia mempunyai sifat kewirausahaan korporasi, sehingga perusahaan tersebut dapat bertahan atau masih beroperasi walaupun terjadi krisis keuangan (krismon) yang terjadi pertengahan 1997 dan akibat kenaikan BBM. Namun mereka dapat bertahan dan berkembang karena sebagian besar usaha kecil dan menengah mempunyai jiwa kewirausahaan yang dapat mempengaruhi prestasi/kinerja perusahaan.

5.1.2. Analisis Deskriptif Kinerja Perusahaan
Terdapat tiga ukuran yang dapat digunakan untuk menentukan kinerja
perusahaan yaitu pertumbuhan penjualan, pertumbuhan keuntungan, dan pertumbuhan
tenaga kerja. Masing-masing pertumbuhan diukur selama tiga tahun terakhir. Hasil
statistik menunjukkan bahwa nilai Mean juga di atas rata-rata untuk kinerja perusahaan mempunyai hasil antara 5.20 sampai 5.50. Tingkat pertumbuhan tenaga kerja mempunyai nilai rata-rata (mean) tertinggi (5.50), yang berarti bahwa pertumbuhan tenaga kerja adalah kinerja yang paling tinggi (lihat pada lampiran 3). Demikian juga dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan tingkat pertumbuhan keuntungan yang diraih perusahaan tidak jauh berbeda, berarti kedua tingkat pertumbuhan ini adalah kinerja yang tinggi juga. Pertumbuhan kinerja perusahaan mengahasilkan tingkat kepercayaan (realibility) Cronbach’s Alpha sebesar 0,911.
Dihubungkan dengan disebabkan karena dalam melakukan
penjualan, mereka tetap tergantung pada pasar karena mereka bukan sales market tetapi buyer sales, walaupun ada satu perusahaan yang menjual produknya sebesar 10% pada tahun 2005 ke pasar dalam negeri yaitu ke Pabrik Ban di Bogor dan perusahaan yang lainnya melakukan penjualan 100% ke luar negeri.

5.1.3. Hubungan Antara Variabel Penelitian
Kinerja perusahaan banyak dipengaruhi oleh tahap kewirausahaan korporasi. Sebuah perusahaan yang melakukan tindakan inovasi dalam menghasilkan produk (produk lama maupun produk baru), perbaikan kualitas produk, dan proses pembuatan produk dapat dipastikan akan mencapai pangsa pasar yang tersedia.
Perusahaan yang mempunyai sifat proaktif yang tinggi akan dapat mengetahui usaha pesaing sehingga dapat bertindak lebih awal untuk memasuki pasar tertentusebelum param pesaing. Pada akhirnya, perusahaan yang proaktif akan mempunyai daya saing yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang proaktif. Disini perusahaan akan menjadi pemimpin pasar, akan selalu melaksanakan dan menuju pada strategi dan sasaran jangka panjang.
Dalam tindakan inovasi dan sifat proaktif yang tinggi, sudah tersirat adanya dimensi kesediaan mengambil risiko yang harus diperkirakan secara berhati-hati oleh perusahaan dengan memperhatikan cost-benefit dengan baik, yang akan membuat perusahaan dapat bertahan dalam keadaan lingkungan yang sukar untuk diramalkan. Menurut (Morris dan Kuratko, 2001) yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara risiko dengan empat jenis inovasi yaitu bahwa setiap inovasi akan menyebabkan adanya risiko meskipun risiko akan berbeda bagi setiap perusahaan yang bekecimpung dalam kewirausahaan korporasi. Sedangkan menurut Hisrich, et.Al. (1991) dalam Puspo (2006) sifat dan tindakan proaktif yang tinggi untuk mencari peluang pasar dan menjadi produk yang pertama kali memasuki pasar (first mover) membutuhkan biaya dan menanggung risiko kerugian terhadap pengelolaan sumber daya. Artinya melibatkan keinginan untuk memanfaatkan peluang yang ada dan membuat perbandingan antara risiko yang ada dan kinerja perusahaan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hubungan antara kewirausahaan korporasi terhadap kinerja perusahaan adalah positif dan signifikan untuk dimensi Proaktif (X2), dimana nilai signifikannya < dari 0,05, yaitu sebesar 0,001, sedangkan dimensi lainnya yaitu Inovasi mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan(nilai signifikan > dari 0,05, yaitu sebesar 0,229). Dimensi Risiko bahkan tidak tercakup dalam variabel kewirausahaan (setelah di uji dengan Analisis Faktor). karena dimensi Risiko sudah terwakili pada Dimensi Proaktif dan Dimensi Inovatif, yaitu pada indikator/pernyataan dari C7, C8.
Penelitian ini pula mendapati bahwa hubungan antara dimensi Inovasi dengan Kinerja Perusahaan negatif (nilai Sig.(1-tailled) adalah 0,229, artinya semakin tinggi tahap inovasi yang ada dalam perusahaan industri maka kinerja perusahaan akan menurun. Hal ini disebabkan untuk membuat produk baru, maka perusahaan perlu memperkirakan beberapa hal seperti selera konsumen, siapa pelanggan, teknologi yang digunakan, dan waktu yang tepat untuk dipasarkan (Kotler, 2005). Meskipun demikian, adanya inovasi yang tinggi dalam perusahaan tidak berarti secara langsung akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian yang menemukan bahwa banyak perusahaan kecil dan menengah di Indonesia yang tidak inovatif, namun tetap dapat bertahan dan berkembang, serta memperoleh keuntungan yang besar. (Riyanti, 2002; Suryanto, 2002; Tambunan, 2001
dalam Puspo 2005).

5.2. Variabel Penelitian
Hasil uji korelasi terlihat bahwa variabel bebas yaitu dimensi Proaktif (X2)
mempunyai hubungan yang kuat dan sangat berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat yaitu Kinerja Perusahaan. Adapun pengaruh kontribusi efektif variable bebas tersebut terhadap variabel terikat dapat dilihat dari nilai R Square (R2) yang sebesar 73,2%%. Ini berarti dimensi Proaktif mempengaruhi Kinerja Perusahaan sebesar 73,2%. Selebihnya 26,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti, kemungkinan bisa mencakup harga, promosi, distribusi, merk, kemasan (packaging), budaya, sosial, dan pribadi, dan psikologis konsumen. Meskipun nilai R besarnya sama antara dimensi Proaktif dan dimensi Inovasi yaitu sebesar 0,856 namun arah hubungan dimensi X2 (Proaktif) berbanding lurus (+) dengan Kinerja Perusahaan (Y),artinya semakin perusahaan meningkatkan dimensi Proaktif, maka Kinerja Perusahaan meningkat juga, sedangkan dimensi X1 (inovatif) berbanding terbalik (-) atau tidak berbanding lurus. Hal ini disebabkan tindakan inovasi sudah umum dilakukan
perusahaan seiring dengan tindakan proaktif dan sudah merupakan ciri umum kewirausahaan korporasi, misalnya timbulnya ide baru (penciptaan ide baru), aktifitas penelitian (melakukan percobaan/riset), dan kreatifitas (pengembangan output baru, peningkatan output, dan prinsip serta proses produksi yang baru).
Uji regresi linier berganda pada penelitian ini menghasilkan persamaan untuk
memperhitungkan variabel terikat dengan menggunakan
variabel bebas, yaitu: Y = 8,013 + 0,763 X2.
Dari persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diketahui bahwa
pengaruh variabel Kewirausahaan Korporasi dimensi Proaktif (X2) memiliki hubungan yang positif (+) atau berbanding lurus, dengan kata lain, variabel terikat (Y) berkorelasi positif (+) terhadap variabel bebas (X). Penjelasan lebih lanjut sebagai
berikut:

5.2.1. Variabel Kewirausahaan Korporasi (Dimensi Proaktif)
Pernyataan-pernyataan tentang Kewirausahaan Korporasi yang diajukan kepada responden, terlihat pada tabel 4.1. responden mengetahui tentang apa yang telah dilakukan perusahaan dalam bidang kewiraswastaan dalam melakukan, mengejar peluang, memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi dan memulai usaha dan kesediaan mengambil risiko.
Kewirausahaan Korporasi dapat membantu perusahan dalam penciptaan ide baru, melakukan percobaan dan aktifitas penelitian sehingga dapat menjadi pemimpin pasar dengan melaksanakan strategi dan tujuan jangka panjang. Produk yang dilepaskan ke pasaran harus memiliki keunggulan atau keunikan dibandingkan produk lain yang sejenis, contoh pada industri/pabrik pengolahan crumb rubber ini sudah menciptakan dan mengembangkan Deorub (SIR 20 Deorub) untuk mengatasi masalah plastisitas karet yang rendah, seperti bau tidak sedap dan mutu karet rakyat (bokar) yang rendah, Varety Rubber (C 20 VR) yaitu karet sintetis yang tidak merubah mutu karet, Compound Rubber, dan Metal Box Packaging yaitu kotak kemasan karet ekspor yang efektif.
Dari seluruh variabel yang dianalisa, ternyata dimensi proaktif (X2) memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (Y) crumb rubber di Kota Palembang dengan nilai koefisien arah regresi (+) sebesar 0,763. Dari data dapat diketahui nilai t hitung untuk variabel dimensi Proaktif (X2) terhadap variabel terikat Kinerja Perusahaan (Y) adalah sebesar 4,673 dengan p-value (tingkat signifikansi) sebesar 0,002, berarti H2 diterima, p-value lebih kecil dari 5%. Artinya dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dapat dinyatakan bahwa dimensi Proaktif (X2) berpengaruh nyata terhadap kinerja perusahaan (Y). Hasil perhitungan regresi tersebut menunjukkan tanda positif atau menunjukkan arah regresi searah (garis lurus). Hal ini berarti apabila terjadi perubahan peningkatan satu unit variabel dimensi Proaktif (X2) akan ada kecenderungan peningkatan Kinerja Perusahaan crumb rubber sebesar 0,763 unit juga. Dengan kata lain 0,763 X2 akan cenderung meningkatkan Kinerja
Perusahaan sebesar 0,763 unit juga, dimana pengaruh dimensi proaktif terhadap Kinerja Perusahaan adalah sebesar 0,763 unit atau 76,3%, berarti bahwa setiap penambahan 0,763 unit usaha akan mempengaruhi kenaikan satu unit tingkat pertumbuhan Kinerja Perusahaan senilai 8,013. Hal ini menunjukkan semakin tinggi dimensi Proaktif maka kinerja perusahaan juga akan semakin meningkat. Keadaan ini sangat logis, karena tingginya sikap dan tindakan proaktif berarti bahwa pertumbuhan kinerja perusahaan semakin besar.

5.2.2. Variabel Kinerja Perusahaan
Dari pernyataan yang diberikan tentang Kinerja Perusahaan setelah dianalisa dengan menggunakan uji F atau uji serentak diperoleh nilai signifikansi 0,002 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 (derajat signifikansi yang diijinkan), sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya variabel bebas (X) pada dimensi Proaktif mempunyai hubungan dan berpengaruh terhadap variabel terikat Kinerja Perusahaan (Y).
Pernyataan Variabel terikat tentang tingkat pertumbuhan Kinerja Perusahaan secara garis besar dianggap sukses oleh perusahaan, hal ini terlihat pada tabel, yaitu adanya kenaikan tingkat pertumbuhan rata-rata prestasi yang dicapai perusahaan tiga tahun terakhir terhadap kinerja perusahaan tidak mengalami penurunan. Setelah adanya anak perusahaan baru dari perusahaan pengolahan crumb rubber dalam penemuan produk baru (Deorub/SIR 20 Deorub), Kotak Kemasan (Metal Box Packaging), Varety Rubber (C 20 VR), dan Compound Rubber yang dipasarkan, tingkat pertumbuhan rata-rata prestasi dari 10 perusahaan yang menyatakan naik >0% -10% berjumlah 7 perusahaan dan 3 perusahaan menyatakan mengalami kenaikan >10% - 20%. Tingkat penjualan dan tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan juga rata-rata puas dengan hasil yang dicapai. Hal ini disebabkan karena system pengangkutan produk yang dijual/ekspor, tidak mengalami hambatan karena mereka masing-masing sudah mempunyai armada angkutan kapal sendiri, sehingga biaya yang dikeluarkan bisa ditekan. Begitu juga pertumbuhan tenaga kerja perusahaan tidak mengalami kesulitan karena sistem kompensasi di atas Upah Minimum Regional (UMR) dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan skill yang dimiliki. Untuk kebutuhan tenaga kerja diberikan fasilitas-fasilitas seperti, perumahan, kesehatan, sepatu kerja, baju kerja, dan untuk tingkat manajer diberikan mobil dinas kantor. Disamping itu seluruh perusahaan pengolahan crumb rubber di Kota Palembang sudah memiliki ISO.9000 dan krisis keuangan yang lalu tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, karena perusahaan menggunakan bahan mentah dari dalam negeri atau bahan mentah yang tidak perlu di impor untuk membuat produknya. Dengan demikian dapat memberi keuntungan yang besar kepada
perusahaan pengolahan crumb rubber yang berorientasi ekspor, hal ini dikarenakan perusahaan membeli bahan mentah dengan mata uang rupiah, sebaliknya menjual produknya dengan mata uang asing lainnya yang mempunyai nilai tukar yang lebih tinggi, terutama mata uang dolar Amerika Serikat. Meskipun demikian, walau bagaimanapun, berbagai macam usaha dijalankan oleh perusahaan untuk mempertahankan produknya, memperbanyak produk yang dihasilkan, dan mencari pelanggan baru agar perusahaan dapat bertahan dan mempunyai daya saing yang tinggi. Hal ini harus menjadi salah satu evaluasi perusahaan, dengan terus melakukan inovasi produk dimasa datang karena menurut Sridhar Samu (1999) dalam Navarone, indikator sukses tidaknya suatu produk di pasaran antara lain adalah seberapa jauh tumbuhnya minat beli, prioritas produk yng dibeli, dan keputusan konsumen untuk membeli varian produk tersebut di waktu lain. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
indikator-indikator tersebut merupakan suatu hal yang penting dalam mempengaruhi
sukses tidaknya suatu produk yang berdampak pada kinerja pemasaran dan kinerja
perusahaan. Sesuai dengan konsep teori echelon seperti yang dirumuskan oleh (Hambrick dan Mason, 1984 dalam Puspo: 2006:100) menyatakan sukses tidaknya suatu perusahaan dapat dilihat dari bagaimana tingkat pertumbuhan penjualan yang dicapai, keuntungan yang diraih, dan tenaga kerja yang dimiliki perusahaan untuk memasarkan produknya dalam kegiatan kewirausahaan korporasi. Berdasarkan persamaan regresi di atas berarti bahwa jika sikap dan tindakan dimensi Proaktif meningkat maka akan meningkatkan pertumbuhan kinerja perusahaan pabrik pengolahan crumb rubber di Palembang.
Berfluktuasinya perkembangan dari sikap dan tindakan dimensi proaktif dan berkurangnya proporsi inovasi dan kesediaan mengambil risiko bagi pertumbuhan kewirausahaan korporasi terhadap kinerja perusahaan merupakan masalah yang perlu ditelusuri lebih dalam, jika ingin lebih dikembangkan aktifitas kewirausahaan korporasi secara optimal. Masalah di atas utamanya dilatarbelakangi oleh, pertama, masih enggannya perusahaan untuk mencari peluang dan penciptaan ide baru dalam menumbuhkan keinginan untuk melakukan perbaikan dalam penciptaan produk baru
yang berkaitan dengan produk terdahulu dan proses inovasi serta pengembangan pasar
dalam peningkatan kondisi usaha dan kinerja pabrik pengolahan crumb rubber di
Palembang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perusahaan dimiliki oleh
investor asing (60%), menyebabkan mereka tergantung kepada kehendak pemilik
perusahaan. Padahal dengan mencari peluang dan melihat yang tersembunyi, dengan
gagasan baru kemudian bekerja keras bisa mengubah peluang menjadi kenyataan.
Kedua, produk yang dihasilkan diklasifikasikan dengan Standar Indonesian Rubber
(SIR) yang sudah baku. Ketiga, masalah harga dan pemasaran produk tidak menjadi
kendala dan tidak perlu bersaing karena harga sudah ditentukan oleh pasar. Keempat,
perusahaan menganggap bahwa produk yang dihasilkan habis terjual, karena produk
mereka produk komoditi ekspor unggulan dan banyak diminati oleh konsumen.

5.3. Implikasi Penelitian
5.3.1. Implikasi terhadap Teori
Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Balloun, et.Al (2000); Stoner (2000); Ferreira (2002):Thomas, et.Al (1988) dalam Puspo (2005), yang menungkapkan bahwa kewirausahaan korporasi yang maknanya melakukan, mengejar peluang, memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui tindakan inovasi dan proktif untuk memulai usaha dan kesediaan mengambil risiko, yang merupakan ciri dimensi kewirausahaan korporasi dalam pencapaian kinerja perusahaan dalam struktur organisasi yang sudah ada untuk memimpin pasar (first mover) dalam persaingan bisnis yang digeluti. Kemudian deperkuat oleh teori model orientasi kewirausahaan (Lumpkin & Dess, 1996) yang menyatakan bahwa aspek .perusahaan/korporasi akan mempengaruhi hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan. Kunci utama dari dimensi kewirausahaan adalah meliputi tindakan yang dapat dilakukan secara bebas, artinya adanya kehendak untuk mengadakan pembaharuan dan bersedia menanggung risiko, cenderung lebih agresifm dari pesaing, serta proaktif dalam usaha melihat/meramalkan dan mengantisipasi
peluang yang ada.
Temuan hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspo (2006) mengenai “Keusahawanan Syarikat dan Prestasi Firma Pembuatan Pembuatan Bersaiz Sederhana di Indonesia: Peranan Campuran Pemasaran dan Persekitran Perniagaan” dengan fokus penelitian perusahaan Manufaktur skala kecil dan menengah di Indonesia. Penelitian ini menyatakan bahwa dimensi proaktif kewirausahaan korporasi berhubungan positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, sedangkan dimensi inovasi dan kesediaan mengambil risiko hubungannya adalah negatif dan tidak signifikan. Disamping itu Puspo juga meneliti hubungan antara bauran pemasaran dan ketidakpastian lingkungan sebagai variable moderator namun hasilnya tidak mempengaruhi kewirausahaan korporasi dengan kinerja perusahaan. Sedangkan penelitian ini hanya mengkaji konsep dan ciri dari kewirausahaan korporasi terhadap kinerja perusahaan saja dan hasilnya sama yaitu hanya dimensi proaktif kewirausahaan korporasi saja yang berhubungan secara positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suhairi (2004) mengenai “Kepribadian, pengetahuan, perakuan, penggunaan azaz akuntansi dan prestasi: kajian kewirausahawan industri sederhana Indonesia” yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif antara kepribadian usahawan dan hubungannya dengan akuntansi dalam mengukur tingkat kinerja perusahaan. Penelitian ini menyatakan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kepribadian, pengetahuan, penggunaan informasi akuntansi dengan prestasi perusahaan. Kepribadian/individu usahawan dan akuntansi tidak bisa terlepas dari sifat dimensi proaktif yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan, dimana di dalamnya sudah tercermin tindakan dari dimensi inovasi dan dimensi risiko. Disini tercermin bahwa seluruh proses perubahan tergantung pada kepribadian orang yang membuatnya (secara individu) yang selalu mmencari perubahan, menanggapi perubahan, dan memanfaatkannya sebagai suatu kesempatan. Berarti, adanya hubungan/keterkaitan antara aktifitas ekonomi dan peranan wirausahawan untuk bersedia mengambil risiko dan memulai dari ketidakpastian. Seorang wirausahawan merupakan orang yang berspekulasi untuk mendapatkan keuntungan dari suatu transaksi (pembelian dan penjualan) dalam usaha mencipta perubahan dan ketidakseimbangan pasar (market disequilibrium), melalui dimensi inovasi dan dimensi proaktif.
Penelitian di atas jika dikaitkan dengan hasil penelitian ini mempunyai pandangan yang sama yaitu faktor dominan yang mempengaruhi Kewirausahaan Korporasi terhadap Kinerja Perusahaan pada pabrik pengolahan crumb rubber adalah dimensi Proaktif. Dimensi Inovasi dan dimensi Kesediaan Mengambil Risiko bukan merupakan yang dominan tetapi tetap berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dimana kedua dimensi tersebut telah tercermin di dalam dimensi Proaktif, karena perusahaan sudah melakukan sikap dan tindakan proaktif untuk menghasilkan produk yang memiliki keunggulan atau keunikan dibandingkan produk lain yang sejenis, yaitu Deorub (SIR 20 Deorub), Varety Rubber (C 20 VR), Compound Rubber, sehingga produk tersebut tetap diminati konsumen. Kegiatan dalam kewirausahaan adalah bagaimana memasarkan produk, baik produk yang sudah ada maupun produk baru, yang merupakan hasil dari inovasi, penemuan/penciptaaan produk, termasuk di
dalamnya aktifitas bauran pemasaran (marketing mix) yang mempengaruhi hubungan antara kewirausahaan korporasi dengan prestasi/kinerja korporasi. Hal di atas didukung pendapat Kotler (2005:5) yang menyatakan bahwa dalam kewirausahaan korporasi tahap yang dilakukan oleh praktek pemasaran adalah pemasaran Enterpreneurial dan pemasaran Intrepreneurial yaitu dimana perusahaan dimulai oleh para individu yang hidup dari kecerdikannya, mereka memvisualisasikan suatu peluang. Pada saat perusahaan tidak memiliki kreatifitas, maka perusahaan harus memvisualisasikan cara-cara baru untuk menambahkan nilai kehidupan pelanggan mereka.
Hasil penelitian ini juga mendukung teori yang diungkapkan oleh Morris dan Kuratko (2002) yang menyatakan bahwa setiap inovasi akan menyebabkan adanyam risiko meskipun tahap risiko akan berbeda bagi setiap perusahaan yang berkecimpung dalam kewirausahaan korporasi, dan tindakan proaktif akan melibatkan inovasi dan risiko. Hasil tindakan proaktif adalah dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Selanjutnya Lumpkin & Dess (2001) menyatakan bahwa di dalam dimensi proaktif adanya kreatifitas yang merupakan hakikat dari tindakan kewirausahaan korporasi yang mempunyai perspektif atau pandangan jauh kedepan melampaui para pesaing dalam usaha memperkenalkan produk baru dan memprediksi permintaan dimasa yang akan datang, menciptakan perubahann dengan memperhatikan aspek lingkungan.
Penelitian ini tetap memfokuskan kepada ke tiga ciri kewirausahaan korporasi (Corporate Entrepreneurship) di atas, karena ciri tersebut menjadi dasar di dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan mendapati bahwa kewirausahaan korporasi merupakan faktor yang penting dan mempengaruhi dalam pencapaian keberhasilan / kinerja perusahaan, seperti yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Ketiga dimensi kewirausahaan korporasi tersebut juga didukung oleh pendapat Balloun, et.Al, (2000:58) dalam Puspo, 2005 yang menyatakan bahwa ketiga ciri tersebut merupakan dimensi kewirausahaan korporasi yang sudah diterima oleh peneliti lain karena dimensi tersebut mempunyai taraf kepercayaan dan keandalan yang tinggi atau sudah mapan dan diakui (established). Walaupun tidak secara nyata ditunjukkan dari hasil persamaan regresi, namun dimensi Inovatif dan dimensi Kesediaan Mengambil Risiko tersirat dalam dimensi Proaktif.

5.3.2. Implikasi Terhadap Perusahaan
Implikasi dari penellitian bagi pabrik pengolahan crumb rubber adalah diharapkan perusahaan perlu untuk melakukan inovasi produk dan penemuan produk baru karena karet merupakan komoditi ekspor unggulan yang mampu memberikan kontribusi dan berdampak positif misalnya,di dalam upaya peningkatan devisa Negara (ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir menunjukkan peningkatan dan jumlah pabrik pengolahan crumb rubber makin bertambah khususnya di Kota Palembang berarti perusahaan harus mampu bersaing), tambahan penghasilan pajak dan retribusi Negara atau daerah, terciptanya tambahanm lapangan pekerjaan, tambahan penghasilan masyarakat, dan menumbuhkan tambahan kegiatan ekonomi masyarakat. Mengingat hal tersebut, perlu bagi perusahaan untuk terus melakukan adaptasi, sehingga perusahaan dapat mampu melihat adanya peluang meskipun adanya risiko dengan tetap melakukan proses dan aktifitas kewirausahaan sehingga dapat
menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam perusahaan. Walaupun sudah ada penemuan produk-produk baru yang cukup bisa diandalkan dan cukup memuaskan, tidak ada salahnya jika kinerjanya terus ditingkatkan di masa yang akan datang dengan secara berkesinambungan melakukan pelatihan-pelatihan karyawan untuk melakukan riset dan pengembangan usaha dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja. Perusahaan dapat memanfaatkan karyawan yang telah dilatih sebagai media untuk penemuanpenemuan baru lainnya.

5.4. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang digunakan dibatasi hanya pada
perusahaan manufaktur pabrik pengolahan crumb rubber yang ada di Kota
Palembang saja, sehingga belum mencerminkan profil perusahaan crumb
rubber secara keseluruhan. Diharapkan penelitian ini selanjutnya bisa
menggunakan sampel penelitian yang lebih banyak dan lebih variatif.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan persepsi
pimpinan/atasan dan menggunakan pertanyaan yang tertutup sehingga hasil
penelitian ini tidak memadai untuk digunakan dalam waktu yang lama.

5.5. Bahan Penelitian Selanjutnya
1. Penelitian dengan cakupan atau wilayah lebih luas dan sampel lebih banyak
dapat memberikan bentuk generalisasi pada perusahaan lainnya di luar sektor
manufaktur, sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat
memberikan pengaruh bagi peningkatan kewirausahaan korporasi di masa
yang akan datang.
2. Perkembangan dari sisi persaingan yang semakin kuat, peningkatan pelayanan
serta disosialisasikannya hak paten bagi penemuan baru dapat dijadikan
parameter pembanding yang cukup menarik bagi kondisi persaingan
pengolahan crumb rubber saat ini. Ada baiknya permasalahan tersebut diteliti





BAB III
PENUTUP


VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh varibel bebas Kewirausahaan Korporasi yaitu dimensi Proaktif secara signifikan menunjukkan hubungan yang sangat erat dan arah hubungannya positif / berbanding lurus terhadap Kinerja Perusahaan pada pabrik pengolahan crumb rubber di Palembang (nilai signifikannya < dari 0,05, yaitu sebesar 0,001, hasil r sebesar 0,856, dan hasil uji F dengan nilai F hitung sebesar 21,842). Hal ini berarti hipotesis awal yang digunakan pada penelitian ini diterima. Variabel bebas ini mempunyai pengaruh sebesar (R2) 73,2% terhadap variable terikat, sedangkan selisihnya 26,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sedangkan dimensi Inovasi tidak berpengaruh secara signifikan dan tidak menunjukkan hubungan yang erat dan arah hubungannya negatif / berbanding terbalik terhadap Kinerja Perusahaan pada pabrik pengolahan crumb rubber di Palembang (nilai signifikannya >dari 0,05, yaitu 0,229).
















BAB IV
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil, 2005, Prospek Karet Alam Indonesia di Pasar Internasional: Suatu
Analisis Integrasi Pasar dan Keragaman Ekspor, Disertasi, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anwar, Chairil, 2006, Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet Di
Indonesia, Lokakarya Budi Daya Tanaman Karet, 4-6 September, Medan,
Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet.
Barret, H, Balloun & Weinstein, 2000, The Effect of market Orientation and
Organizational Flexibility on Corporate Entrepreneurship: Theory and
Practice, Journal of Marketing, vol.23 (1).
Barret, Hilton, et. Al. (Spring, 1997), Marketing Mix Faktor as Moderatos of the
Corporate Entrepreneurship-Business Performance Relationship-A
Multistage, Multivarate Analysis, Journal of Marketing THEORY AND
PRACTICE.
Biro Pusat Statistik (BPS), 2004, Sumatera Selatan Dalam Angka 2003/2004,
BPS.Provinsi Sumatera Selatan.
BPEN, 2003, Karet Alam ‘Berperang’ di Dua Pasar, Badan Pengembangan
Ekspor Nasional (BPEN), Jakarta: Departemen Perindustrian dan
Perdagangan.
Budiono, DR, 2003, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE.
Covin, Feffrey G, and Slevin, Dennis P, 1998, Strategic Management of Small
Firms in Hostile and Benign Environments, Strategic Management
Journal, Vol. 10.
Covin, J.& Slevin, D.P, 1991, A Conceptual Model of Entrepreneurship as Firm
Behaviour. Entrepreneurship Theory and Practice. Vol.16.
Covin, J.G, 1999, Pioneers and Followers: competitivetactics, environment, and
firm growth, Journal of Business Venturing, Vol.15.
Cravens, David W, 2005, Pemasaran Strategis, Edisi keempat, Edisi Bahasa
Indonesia, Alih Bahasa: Lina Salim, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Drucker, Peter F, 2003, Inovasi dan Kewiraswastaan: Praktek dan Dasar-dasar,
terjemahan, Jakarta: Erlangga.
Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian
Untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen,
Semarang: Penerbit Badan Penerbit-Universitas Diponegoro.
Ferreira, Joao, 2002, Corporate Entrepneurship: A Strategic and Structural
Perspectives, International Council For Small Business 47th World
Conference, San Juan, Puerto Rico, June 16th – 19th.
Ferry Laurensius, 2005, Membangun Kultur Kinerja pada Organisasi Sektor
Publik, Majalah Usahawan, No .08, TH XXXIV.
Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), 2006, Gapkindo Cabang
Palembang, Sumatera Selatan.
http://202.159.18.43/jsi/jurnal.htn, Saragih, B, 2002, Pengembangan Agribisnis dalam
Pembangunan Ekonomi Nasional Menghadapi abad ke 21, (tgl 10 Oktober
2002).
http://usasbe.edu.com/, on line, Kuratko, D. and Hornsby, S. Jeffrey, Corporate
Entrepreneurship and Middle Managers: A Model for Corporate
Entrepreneurial Behavior, 2003.
http://www.google.com. Ferry Laurencius, Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor
Publik dan Swasta (Private), 2006, 27 Desember,
Hurriyati,Yati, 2005, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung:
Alfabeta.
Istijanto, 2005, Metode dan Aplikasi Riset Marketing, Bandung: Alfabeta.
Kartajaya Hermawan, 2004, Positioning, Deferensiasi dan Brand, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kasali, Renald, 2005, Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting, dan
Positioning, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Kompas, 2006, Kinerja Ekspor Capai Rekor, Rabu,02 Agustus 2006.
Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, Edisi Kesebelas, Edisi Bahasa
Indonesia, Alih Bahasa: Benyamin Molan, Jakarta: Penerbit PT INDEKS
Kelompok GRAMEDIA.
Kotler, Philip, 2005, Marketing Management, 11th Edition, International Edition,
USA: Prentice-Hall Inc.
Kuratko, D.F., Ireland,D.R,. & Hornsby, J.S, 2001, Improving Firm Performance
Through Entrepreneurial Action: Acordia’s Corporate
Entrepreneurship Strategy, Academyof Management Executive, 15 (4),
60-71.
Leon G. Schiffman, L and L.Kanuk, 2004, Consumer Behavior, 8th Edition,USA:
Prentice-Hall International Inc.
Lumpkin, G. & Dess, G, 1996, Clarifying the Entrepreneurial Orientation
Construct and Linking it to Performance. Academy of Management
Review, Vol. 21(1).
Lumpkin, G.T. & Dess, G.G, 2001, Linking Two Dimensions of Entrepreneurial
Orientation to Firm Performance: The Moderating Role of
Environment and Industry Life Cycle, Journal of Business Venturing,
Vol.16.
Maulana, Agus, 1999, Perilaku Konsumen di Masa Krisis: Implikasinya Terhadap
Strategi Pemasaran, Jurnal Pemasaran Program Pasca Sarjana UI dan MM
IPB, Volume 1, Januari.
Miller, D.and Friesen, P. H, 1983, Strategy-making and Environment: the third
link, Strategi Management Journal, Vol.4.
Morris, M.H.& Lewis, S, P, 1999, The Determinants of Entrepreneurial Activity:
Implication for Marketing. European Journal of Marketing, 29 (97), 31-49.
Mowen. CJ, and Minor M, 2002, Perilaku Konsumen, Edisi kelima (terjemahan),
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mulyadi, 2006, Pengaruh Kinerja Agro Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Sumatera Selatan, Tesis, Program Studi Ilmu Ekonomi Program
Pascasarjana Universitas Sriwijaya.
Mwita, Isaac John, 2003, Performance Management Model, The International
Journal of Public Sector Management, MCB University Press, Vol.13 (1).
Navarone, Okki, 2003, Analisis Pengaruh Tingkat Kesuksesan Produk Baru
dalam Peningkatan Kinerja Pemasaran, Jurnal Sains Pemasaran
Indonesia, Vol.II, No.1.
Peter.JP, & Jerry C, Olson, 1999, Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran, Edisi keempat (terjemahan), Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Puspowarsito. AH, 2006, Hubungan Antara Keusahawanan Serikat dengan Prestasi
Serikat : Campuran Pemasaran dan Perserikatan Bisnis Sebagai Moderator,
Disertasi, Universitas Sains Malaysia (USM).
Salvatore, S. & Riccardo, D.V.(2004), The Development of Entrepreneurship
Researc, Working Paper (Online), Assesed 4th January 2006, pp. 1-37,
Available from World Wide Web:
http://www.biblio.liuc.it/liucpap/pdf/146.pdf.
Santoso, Singgih, 2004, SPSS Statistik Parametik, Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sarkar, M.B, Echambadi and Harrison, 2001, Alliance Entrepreneurship and Firms
Market Performance, Strategi Management Journal, Vol.22.
Setiadi.J, Nugroho, 2006, Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk
Strategi dan Penelitian Pemasaran. Edisi Kedua, Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Shane, S & Venkataraman, S, 2000, The Promise of Entrepreneurship as a Fild of
Research, Academic Management Review, Vol.25.
Siu, Wai-sum and Kirby, David A, 1998, Approaches to small firm marketing: A
critique, European Journal of Marketing, Vol. 32, No.1 / 2, pp. 40-60.
Stoner, A.F, James, et. Al, 2004, Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia, Alih Bahasa:
Alexander Sindoro, Jakarta: PT Buana Ilmu Populer.
Suhairi, 2004, Kepribadian, Pengetahuan Perakauan, Penggunaan maklumat
Perkaunan, dan Prestasi: Kajian Usahawanan Industri Sederhana Indonesia,
Disertasi, University Science Malaysia.
Sumatera Ekspres, 2007, Target Produksi Karet di Sumatera Selatan, Jum’at, 5
Januari 2007.
Swastha, Basu, 2001, Manamen Penjualan, Edisi ketiga, Yogyakarta: BPFE.
Thomas,W Zimmerer and Norman M, Scarborough, 2004, Kewirausahaan dan
Manajemen Bisnis Kecil, Edisi ketiga,, Bahasa Indonesia, Alih Bahasa
Yanto Sidik P dan Edina T, Jakarta: PT Prenhallindo.
Tjiptono, Fandy, 2004, Strategi Pemasaran, Edisi II, Yogyakarta: Andi.
Wiklund, Johan, 1999, Entrepreneurial Orientation as Predictor of Performance and
Entrepreneurial Behavior in Small Firms – longitudinal Evidence, On line:
http://www.usabe.edu.com/.
Wiratmo, Masykur, 2004, Pengantar Kewiraswastaan: Kerangka Dasar
Memasuki Dunia Bisnis, Edisi Keempat, Yogyakarta: BPFE.
www.gapkindo.co.id, 2006, Profil Pabrik Pengolahan Karet Remah (Crumb
Rubber) dalam Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) &
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
www.google.com., 2004, Pabrik Asap Cair Pertama di Indonesia, Sriwijaya Pos,
Senin 08 Maret 2004.
www.google.com., 2006, Jurnal Pembelajaran yang Menumbuhkan Sikap
Wirausahawan, Ekofeum, Malang: Ekonomi Pembangunan FE-UM, 4
Januari 2007.
Zahra, Shaker A., and Garvis, Dennis. M, 1998, International Corporate
Entrepreneurship and Firm Performance: The Moderating Effect of
International Environmental Hostility, Academy of Management Best
Papers’ Proceedings, pp. 1-24.
Zahra, Shaker A., and George, Gerard (2002), International Entrepreneurship: The
Current Status of the Field and Future Research, Departement of
Management. J Mack Robinson College of Business Administration,
Georgia State University, Atlanta, GA. Szahra@gsu.edu. On line:
http://www.usasbe.edu.com/.
Zikmund, William.G, 2005, Bisiness Research Method, 7th Edition, Oklahoma: Thr
Dryden Press.
Zimmerer, W.Thomas dan Scarborough, M. Norman, 1996, Entrepreneurship and
the New Venture Formation, Edisi Bahasa Indonesia, New York: Prentice
Hall International.












ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI PEMASARAN PERUSAHAAN PERCETAKAN DAN PENERBITAN PT RAMBANG
DENGAN MENGGUNAKAN METODE EPIC MODEL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Periklanan mendapat sorotan tajam semenjak aspek informasi menjadi bagian penting dalam bisnis, kegiatan periklanan yang efektif dipandang mampu mempengaruhi
kecendrungan mengkonsumsi dalam masyarakat. Periklanan yang efektif akan mengubah pengetahuan publik mengenai ketersediaan dan karakteristik beberapa produk, elastisitas permintaan produk akan sangat dipengaruhi aktivitas periklanan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa anggaran iklan berpengaruh positif terhadap penjualan dan market share, sebaliknya peningkatan anggaran iklan pesaing berpengaruh negatif terhadap tingkat penjualan dan market share pesaingnya Darmadi Durianto,(2003). Dampak iklan ternyata bervariasi tergantung efektivitasnya, dengan demikian anggaran iklan yang lebih besar tidak selalu mampu mengubah penjualan dan market share dalam tataran yang lebih besar pula. Aktivitas periklanan berkorelasi erat dengan biaya, dan biaya yang besar diperlukan untuk beriklan dalam hal ini PT. Rambang mengeluarkan belanja iklan rata-rata 200 juta rupiah per tahun dengan omzet penjualan rata-rata 16 milyar rupiah per tahun, maka dari itu efektivitas periklanan memperoleh perhatian yang serius, strategi dan program yang handal diperlukan untuk mencapai dampak iklan yang diinginkan, terlebih lagi diperlukan pula teknik pengukuran untuk memantau efektivitas iklan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat diketahui bahwa strategi iklan yang tepat sangatlah diperlukan perusahaan agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan lancar, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap strategi promosi dalam hal ini iklan yang sudah dilakukan oleh Perusahaan percetakan dan penerbitan PT Rambang, yang diharapkan akan mampu mengatasi kurang optimalnya periklanan yang dilakukan Perusahaan ini.

1.2. Perumusan Masalah
Apakah iklan yang digunakan oleh perusahaan percetakan dan penerbitan PT Rambang sudah cukup efektif dipandang dari tingkat empathy (empati), persuasion (persuasi), impact (dampak) serta communication (komunikasi) di masyarakat ?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas iklan yang sudah digunakan oleh PT Rambang sebagai salah satu strategi pemasaran yang sudah dilakukan.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Periklanan
Pengertian iklan secara komprehensif adalah “semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Caples, Jhon, (1997) menyatakan bahwa periklanan adalah segala bentuk penyajian non personal, promosi dan ide, barang ataupun jasa oleh sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Sedangkan menurut Darmadi Durianto (2003) periklanan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan.
Periklanan merupakan satu dari empat alat penting yang digunakan oleh perusahaan untuk memperlancar komunikasi persuasif terhadap pembelian dan masyarakat yang ditargetkan. Kemudian juga definisi iklan dan periklanan yang dipopulerkan oleh AMA (American Marketing Association) adalah iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk mengimplementasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas, sedangkan periklanan adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan iklan (Fandy Tjiptono, 1997:229).
Iklan ini juga merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh PT.Rambang dalam rangka memasarkan produk-produknya. Adapun defenisi dari Iklan menurut Batra, Rajeev, Jhon.G Myers, and David A. Aaker. (1996) adalah “Penyampaian informasi dari penjual kepada pembeli untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku”.
Iklan merupakan bagian dari komunikasi yang terdiri dari berbagai kegiatan untuk
memberikan informasi dari komunikasi kepada pasar sasaran akan adanya suatu produk baik berupa barang, jasa dan ide. Berhasil tidaknya Iklan yang dilakukan tergantung dari media mana yang digunakan untuk mencapai sasaran, oleh karenanya masalah pemilihan media iklan tidak hanya didasarkan pada perkiraan saja, melainkan harus diperhatikan sifat-sifat iklan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kegiatan iklan yang dilakukan.
Menurut Tjiptono (1997:240) faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media iklan adalah :
a. Dana yang digunakan untuk iklan
Jumlah dana tersedia merupakan faktoir penting yang mempengaruhi bauran iklan, perusahaan yang memiliki dana yang lebih besar kegiatan iklannya akan lebih efektif
dibanding dengan perusahaan yang memiliki dana yang terbatas.
b. Sifat Pasar
Beberapa sifat pasar yang mempengaruhi sifat bauran ini meliputi : luas pasar secara geografis, konsentrasi pasar, macam pembeli.
c. Jenis Produk
Strategi iklan yang dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi juga oleh jenis produksinya, apakah barang konsumsi atau barang industri.
d. Tahap-Tahap Dalam Siklus Kehidupan Barang
Strategi yang diambil untuk mengiklankan barang dipengaruhi oleh tahap-tahap siklus kehidupan barang yaitu tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan dan tahap kejenuhan.

2.1.2 Faktor-faktor Yang Perlu Dipertimbangkan dalam beriklan
Kriteria yang dipakai untuk menentukan faktor kunci adalah apakah informasi tersebut akan mempengaruhi pilihan iklan yang digunakan.
a. Pemilihan waktu
Ini selalu penting dan dapat dibagi menjadi beberapa segi :
a) Kapan konsep pemasaran harus siap
b) Kapan iklan tersebut akan berjalan
c) Berapa lama iklan tersebut akan berjalan
Pemilihan waktu pada setiap tahap akan sangat mempengaruhi apa yang dapat dan tidak dapat tercapai.
b. Pasar sasaran
Pasar sasaran menentukan ciri kelompok yang dituju : umur, lokasi, kelas sosial, jenis kelamin, dan frekuensi pembelian. Untuk pasar perusahaan ini akan membedakan menurut besarnya perusahaan dan jenis usahanya.
c. Perubahan-perubahan dalam pasar
Adalah menentukan hal-hal penting dari apa yang sedang terjadi dalam pasar, apakah pasar membaik atau memburuk, apa yang sedang dilakukan para pesaing, apakah dampak musiman dan lain-lain. Umumnya informasi ini tersedia banyak sekali dan karenanya kita harus selektif.
d. Nilai produk atau jasa
Bagaimana atau apa yang dimiliki oleh produk atau jasa yang ditawarkan apakah rasanya sangat menyenangkan atau kasar.
e. Pengalaman masa lalu
Hindari pemborosan waktu dengan tidak menggunakan yang dulu ternyata gagal, gagasan yang dibuang atau bonus yang dapat diterima secara etis.

2.1.3 Efektifitas Periklanan
a. Efektifitas merupakan suatu pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, maka efektifitas dapat didefinisikan dengan melakukan pekerjaan yang benar. ( Drucker dan Al Fansusu, 1989:14 )
b. Menurut Fredy Rangkuty (1997:136) efektifitas iklan adalah pengukuran iklan dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

2.1.4 Efektifitas Iklan diukur dengan Metode Epic Model
Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan Epic model, Darmadi Durianto (2003). Epic model yang dikembangkan oleh AC Nielsen, salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia, Epic Model dan mencakup empat dimensi kritis yaitu empati, persuasi, dampak dan komunikasi (Empathy, Persuasion, Impact and communications – EPIC) berikut akan dipaparkan dimensi – dimensi dalam Epic model.

A. Dimensi Empati
Dimensi empati memberikan informasi yang berharga tentang daya tarik suatu merek. Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan atau fikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain, Kamus besar bahasa Indonesia, (1988:228).
Empati melibatkan afeksi dan kognisi konsumen, menurut J.Paul Peter dan Jerry C Olson (1999), afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Dalam bahasa yang lebih sederhana, afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan pemikiran, variasi tanggapan afektif dapat berupa penilaian positif, negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, dan konsumen dapat merasakan empat jenis tanggapan afektif yaitu emosi, perasaan khusus, suasana hati dan evaluasi yang berbeda dalam tingkat intensitas dan daya improvisasinya.

B. Dimensi Persuasi

Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu iklan untuk
peningkatan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga pemasang iklan memperoleh
pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta
memperoleh kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek.
Persuasi (persuasion) adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku yang disebabkan satu komunikasi promosi. Komunikasi promosi, seperti periklanan, yang
dapat mempengaruhi konsumen dapat menggunakan dua proses kognitif, yaitu : “jalur sentral” dan “Jalur periferal” menuju persuasi. Proses persuasi yang akan dipakai ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk . (Peter dan Olson 1996). Jalur sentral menuju persuasi (central route persuasion) cenderung muncul ketika tingkat keterlibatan konsumen meningkat. Pada jalur sentral, konsumen “memfokuskan diri pada pesan produk” dalam iklan. Konsumen menerjemahkan pesan produk dalam iklan tersebut, lalu membentuk kepercayaan tentang cirri-ciri dan konsekuensi produk, serta mengintegrasikan makna tersebut untuk membentuk sikap dan keinginan. Jalur peripheral menuju persuasi (peripheral route persuasion) cenderung muncul ketika tingkat keterlibatan konsumen lebih rendah. Dalam jalur periferal, konsumen tidak memfokuskan diri pada pesan produk dalam sebuah iklan tetapi pada perangsang “periferal”, seperti selebriti atau musik yang popular dan menarik
.
C. Dimensi Impact

Dimensi Impact menunjukkan, apakah suatu merek dapat terlihat menonjol dibandingkan merek lain pada kategori yang serupa dan apakah suatu iklan mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang di sampaikan. Dampak (impact) yang diinginkan dari hasil iklan adalah jumlah pengetahuan produk (product knowledge) yang dicapai konsumen melalui tingkat keterlibatan (involvement) konsumen dengan produk dan atau proses pemilihan Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk (levels of product knowledge) yang berbedabeda, yang dapat digunakan untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan pembelian. Konsumen dapat memiliki empat tingkat pengetahuan produk, yaitu : kelas produk, bentuk produk, merek, dan model. Gambar 4.1 berikut memberikan gambaran dari setiap tingkat pengetahuan suatu produk PT Rambang (sebagai contoh).

Gambar 4.1. : Tingkatan Pengetahuan Produk


Lebih Abstrak -------- kurang Abstrak

Kelas Produk Bentuk Produk Merek Model/Ciri
Produk cetak Koran Kompas
52 halaman
Diadaptasi dari : J. Paul Peter dan Jeery C. Olson. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi Keempat, 1996.


Selain itu konsumen juga dapat memiliki tiga jenis pengetahuan produk, yaitu pengetahuan tentang ciri atau karakter produk, konsekuensi atau manfaat positif menggunakan produk, dan nilai yang akan dipuaskan atau dicapai suatu produk. Keterlibataan (involvement) mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi personal suatu objek, kejadian, atau aktifitas. Konsumen yang melihat bahwa suatu produk memiliki konsekuensi yang relevan secara pribadi, maka konsumen dikatakan terlibat dengan produk tersebut dan
memiliki hubungan dengan produk tersebut. Konsekuensi dengan suatu produk atau suatu merek memiliki aspek kognitif maupun pengaruh. Secara kognitif, yang termasuk dalam keterlibatan adalah pengaruh, seperti evaluasi prodduk. Jika keterlibatan suatu produk tinggi, maka orang akan mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat, seperti emosi dan perasaan yang kuat. Keterlibatan dapat berkisar dari tingkat yang rendah – sedikit atau tidak ada relevansinya – ketingkat yang moderat – ada relevansi yang dirasakan – hingga ke tingkat yang tinggi – relevansinya sangat dirasakan. Keterlibatan adalah status motivasi yang menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka
membuat keputusan.

D. Dimensi Komunikasi
Dimensi komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan tersebut. Perspektif pemrosesan kognitif adalah inti untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil yang merupakan permasalahan komunikasi.
Proses dimulai ketika sumber komunikasi promosi menentukan informasi apa yang harus dikomunikasikan, kemudian meng-enkoding pesan tersebut dalam bentuk simbol-simbol yang paling tepat (menggunakan kata, gambar, atau tindakan). Kemudian, pesan ditransmisikan ke sebuah penerima melalui berbagai media, seperti pertunjukan televisi, penawaran via pos, billboard, atau majalah. Penerima atau konsumen, jika digiring ke suatu promosi, harus men-dekoding atau menerjemahkan maknanya. Kemudian, konsumen dapat mengambil tindakan, seperti pergi ke toko atau melakukan pembelian.
Dua tahapan model komunikasi sangat dibutuhkan, khususnya demi keberhasilan penerapan strategi promosi. Tahapan pertama terjadi ketika pemasar menciptakan komunikasi promosi untuk meng-enkoding suatu makna. Tahap kedua adalah pen-dekoding-an, yaitu konsumen masuk dan memahami informasi dalam komunikasi promosi dan mengembangkan interpretasi pribadi mereka terhadap makna yang ditangkap.

2.2 Penelitian Terdahulu
Menurut Yulita Sari (Tahun 2002) yang berjudul : Strategi Promosi dalam memasarkan produk kosmetik di PT AVON Cabang Palembang dan Menyimpulkan bahwa kegiatan promosi yang bersifat periklanan belum dimanfaatkan dengan baik, terlihat belum adanya iklan-iklan dari kegiatan usaha tersebut dan kegiatan promosi penjualan yang dilakukan hanya sebagian kecil dengan cara memajangkan produk pada etalase kantor perusahaan serta pameran-pameran.


III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain riset deskriftif untuk menjelaskan efektifitas iklan Perusahaan Percetakan dan Penerbitan PT Rambang Palembang terhadap upaya meningkatkan volume penjualan di Perusahaan ini.

3.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Sampling
Klasifikasi pelanggan yang datang ke PT Rambang dikelompokkan berdasarkan cirri dan karakteristik tertentu seperti pelajar/ mahasiswa, ibu rumah tangga, wiraswasta, Instansi swasta dan BUMN serta pelanggan instansi pemerintahan. Hal itu disebabkan karena tiap- tiap kelompok tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda baik dari tuntutan pelayanan maupun tuntutan administrasi lainnya.
Oleh karena itu metode penarikan sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah convenient sampling. 300 responden diambil berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya ( Husein Umar, 2003 : 137 ).
Sampel (n) ditentukan sebanyak 100 konsumen yang datang ke PT Rambang dalam kurun waktu satu bulan diambil secara acak karena menurut likert (1997:177) sampel diambil paling sedikit 30,50,75,100 atau kelipatannya.

3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas iklan yang selama ini telah dilakukan PT. Percetakan dan Penerbit Rambang. Indikator variabel yang akan diukur adalah empati, persuasi, dampak dan komunikasi.
Tindakan yang digunakan dalam analisis dimana efektifitas iklan diukur dengan tercapainya sasaran yang telah ditentukan sebelumnya oleh PT Rambang dan indikatorindikator yang dipakai dalam penelitian ini adalah : empati, persuasi, dampak dan komunikasi (Empathy, Persuation, Impact dan Comunication – EPIC) dengan parameter riset EPIC :
_ Empathy ( Empati )
_ Persuation ( Persuasi )
_ Impact ( Dampak )
_ Comunication ( Komunikasi )

3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1. Data Primer
Menurut J. Supranto (1993 : 5) Data Primer merupakan jenis data yang terhimpun dari langganan atau objek yang diteliti dan diolah untuk pertaman kalinya dalam konteks ini data tersebut dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari PT.Rambang, adapun Data Primer yang diambil adalah data yang berupa materi-materi iklan yang pernah dan sedang dilakukan oleh PT.Rambang serta aktifitas perusahaan ini yang berkaitan dengan kegiatan periklanan
Menurut J. Supranto (1993 : 5) Data Sekunder adalah data yang dihimpun dalam bentuk yang sudah ada atau sudah jadi serta dapat dipublikasikan data tersebut sudah dikumpulkan dan diolah lembaga atau perusahaan administrasi dan sekunder yang dihimpun meliputi :
a. Volume Penjualan
b. Sejarah Perusahaan
c. Jumlah Tenaga Kerja

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada Perusahaan Percetakan dan Penerbitan PT Rambang dalam kurun waktu satu bulan.

3.6 Metode Pengumpulan Data
a. Pengamatan Langsung
Adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan, pencatatan dan analisa secara langsung terhadap gejala-gejalan (fenomena) yang terjadi secara sistematis pada objek penelitian.

b. Wawancara
Adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, seperti : Pelanggan maupun karyawan PT Rambang

3.7 Teknik Analisis Data
Alat bantu analisis yang digunakan adalah program aplikasi statistik yaitu software SPSS (Statistics for Products and Services Solution) for windows ver 11.5. Sebelum mengadakan penganalisisan dilakukan juga pengujian data untuk menjaga agar data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa uji dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.7.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan dalam penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Uji validitas akan dilakukan dengan menghitung koefesien korelasi antar subjek pada item pertanyaan dengan skor test yang diperoleh dari hasil kuesioner, yaitu dengan mencari nilai koefesien korelasi (r) dari masing-masing pertanyaan dan dibandingkan dengan nilai kritik tabel korelasi r. Bila r hitung > r tabel, maka pertanyaan/variabel tersebut adalah signifikan. Hal ini berarti bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki validitas konstrak, yaitu memiliki konsistensi internal yang berarti bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut mengukur aspek yang sama.

3.7.2. Uji Reliabilitas
Keandalan atau reliabilitas diartikan sebagai seberapa jauh pengukuran bebas dari varian kesalahan acak (free from random error). Kesalahan acak akan menurunkan tingkat keandalan hasil pengukuran. Jika ingin merasa yakin bahwa nilai dari kuesioner dapat mencerminkan tingkat pengaruh keputusan konsumen secara andal, penelitian yang dilakukan harus menunjukkan tingkat keandalan data yang tinggi. Koefesien Cronbach Alpha adalah suatu alat analisis penilaian keandalan (reliability test) dari suatu skala yang dibuat. Cara ini untuk menghitung korelasi skala yang dibuat dengan seluruh variabel yang ada, dengan angka koefesien yang dapat diterima yaitu di atas 0,6.

3.7.3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dengan menggunakan Nonparametric Test dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov Test. Hasil uji dapat dilihat pada nilai asymp. Sig, bila nilai asymp. sig tersebut < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut terdistribusi secara normal. 3.7.4. Analisis Tabulasi Silang Dalam menganalisis efektifitas iklan pada permasalahan ini, penulis menggunakan Analisis Tabulasi sederhana dan Penghitungan Rata-rata Terbobot, Darmadi Durianto (2003:95) sebagai berikut : Dalam analisis tabulasi sederhana, data yang diperoleh diolah ke bentukn prosentase. P= fi x 100% Σ.,fi Dimana : P = prosentase responden yang memilih kategori tertentu fi = jumlah responden yang memilih kategori tertentu. Σfi = banyaknya jumlah responden 3.7.5. Skor Rata – rata Setiap jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan, diberikan bobot. Cara menghitung skor adalah menjumlahkan seluruh hasil kali nilai masing–masing bobotnya dibagi dengan jumlah totall frekuensi. Rumus : X = Σ fi.wi Σ.fi Dimana ; X = rata – rata berbobot fi = frekuensi wi = bobot Setelah itu digunakan rentang skala penilaian untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor setiap variabel. Bobot alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkat terdiri dari kisaran antara 0 hingga 6 yang menggambarkan posisi yang sangat negatif ke posisi yang positif. Selanjutnya dihitung rentang skala dengan rumus, sebagai berikut : Rs =R (bobot ) M Dimana ; R ( bobot ) = bobot terbesar – bobot terkecil M = banyaknya kategori bobot Rentang skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 hingga 5, maka rentang skala penilaian yang didapat adalah: Rs = 6-0= 0,857 7 3.7.6. Analisis Regresi Linear Analisis regresi linear digunakan untuk mengetahui atau menganalisa pengaruh hubungan antara variabel tak bebas dengan satu atau lebih variabel bebas. Model hubungan variabel yang akan dianalisa sesuai dengan persamaan regresi : Y = a + Bx Dimana : Y = Volume Penjualanan a = Konstanta b = Koefesien Regresi X = Belanja Iklan BAB II PEMBAHASAN IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 . Profil Responden Ulasan tentang efektifitas iklan pada perusahaan percetakan dan penerbitan PT Rambang dengan menggunakan metode EPIC model akan diperjelas dengan riset yang dilaksanakan dalam kurun waktu tiga (3) bulan, Responden adalah pelanggan PT Rambang yang sudah pernah melihat iklan PT Rambang yang berdomisili di kota Palembang dan sekitarnya Riset menggunakan pendekatan survei. Data diambil sejak pertengahan bulan Desember 2004 sampai dengan bulan februari 2005 dengan menggunakan kuesioner. Teknik sampling yang digunakan adalah convenient sampling. 300 responden diambil berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Penelitian mengenai aktivitas iklan PT Rambang dengan EPIC model dilakukan untuk mengukur efektifitas iklan tersebut terhadap dampak komunikasi. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui tingkat empathy, tingkat persuasi, tingkat impact dan tingkat comunication. Dalam penelitian ini digunakan skala Likert. EPIC model dari AC Nielsen juga akan dipakai untuk menghitung efektivitas pembelanjaan dana iklan dengan pendekatan rasio perbandingan pangsa pikiran (mind share) yang diperoleh PT Rambang pada iklannya. Penggalian terhadap responden diperoleh dari jawaban mereka terhadap daftar pertanyaan yang menyangkut profil responden maupun atribut-atribut yang berkaitan dengan EPIC model. 4.2. Uji Data Analisa yang akan dilakukan sebelumnya perlu dilakukan uji data untuk menjaga agar data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Uji data yang akan dilakukan adalah uji validitas, uji realibilitas dan uji normalitas. Alat bantu analisis yang digunakan dalam analisis ini adalah program software aplikasi statistik SPSS (Statistics for Products and Services Solution) for windows ver 11.5. 4.2.1. Uji Validitas Suatu data dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Butir-butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner diuji terhadap faktor terkait, kemudian faktor-faktor tersebut diuji terhadap konstrak, apakah valid atau tidak valid. Kalau ternyata tidak valid maka butir pertanyaan yang tidak valid tersebut disingkirkan dari kuesioner atau diperbaiki. Suatu data dapat dikatakan valid apabila nilai korelasi hitung data tersebut melebihi nilai korelasi tabelnya. Nilai r hitung adalah nilai-nilai yang berada dalam kolom “corrected item total correlation” dan nilai korelasi tabel yang diperoleh dari hasil pengolahan data adalah sebesar 0.0951. Jika r hasil positif, dan r hasil > r tabel, maka butir pertanyaan atau variabel tersebut valid

4.2.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat diandalkan. Uji realibilitas digunakan untuk mengukur ketepatan atau kejituan suatu instrument jika dipergunakan untuk mengukur himpunan objek yang sama berkali-kali akan mendapatkan hasil yang serupa.

4.2.3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah nilai variabel tak bebas Y didistribusikan secara normal terhadap nilai variabel bebas X. Dalam penelitian ini akan diperiksa hubungan antara faktor (sebagai variabel tak bebas) dengan indikator-indikator terkait (sebagai variabel bebas) dengan faktor yang dimaksud. Uji normalitas dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal apabila nilai asymp Sig pada test tersebut bernilai < 0.05. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai asymp sig pada uji normalitas ini terhadap 9 variabel tersebut semuanya bernilai < 0.05. Kesimpulan yang dapat diambil adalah ternyata semua variable tersebut terdistribusi secara normal. (Output Terlampir). 4.3. Analisis EPIC Model Untuk mengevaluasi efektivitas iklan dengan EPIC model digunakan Analisis Tabulasi Sederhana dan penghitungan Rata-Rata Terbobot, sebagai berikut (Darmadi Durianto, 2003 :104) : 4.3.1. Analisis Tabulasi Sederhana Dalam analisis tabulasi sederhana, data yang diperoleh diolah ke bentuk persentase a. P = fi x 100% Σ.fi Dimana : P = Persentase responden yang memilih ketegori tertentu fi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu Σfi = Banyaknya jumlah responden 4.3.2. Skor Rata-rata Setiap jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan, diberi bobot. Cara menghitung skor adalah menjumlahkan seluruh hasil kali nilai masing-masing bobotnya dibagi dengan jumlah total frekuensi. Rumus : x=Σ.fi.wi Σ.fi dimana : x = Rata-rata berbobot fi = Frekuensi wi = Bobot Setelah itu, digunakan rentang skala penilaian untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor setiap variabel. Bobot alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkat terdiri dari kisaran antara 0 hingga 6 yang menggambarkan posisi yang sangat negatif ke posisi yang positif. Selanjutnya dihitung rentang skala dengan rumus, sebagai berikut : Rs =R (bobot) M Dimana : R (bobot) = bobot terbesar – bobot terkecil M = banyaknya kategori bobot Rentang skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 hingga 5, maka rentang skala penilaian yang didapat adalah : Rs = 6—0 = 0,857 7 BAB III PENUTUP 5.1. Kesimpulan Efektifitas iklan dari keempat faktor EPIC tersebut dinyatakan efektif karena berdasarkan analisaa dan pembahasan pada bab sebelumnya didapatkan hasil perhitungan dari masing-masing variabel berturut-turut adalah 3,558, 2,395, 3,570, dan 3,870. Ternyata Faktor Communication menjadi faktor yang paling dominan diantara faktor lainnya. Perusahaan dapat lebih menekankan pada peningkatan dan mempertahankan faktor dominan ini dalam upaya mempertahankan efektifitas iklan. Analisis regresi yang dilakukan terhadap variabel Biaya promosi sebagai variable independen/bebas dan Volume Penjualan sebagai variabel dependen/terikat juga menunjukkan efektifitas kegiatan promosi yang dilakukan secara signifikan. Hal ini terlihat dari analisis korelasi, uji F, Uji T dan parameter regresi yang memberikan hasil yang signifikan terhadap efektifitas kegiatan promosi terhadap peningkatan volume penjualan. 5.2. Saran Untuk lebih dapat meningkatkan efektifitas iklan, sebaiknya PT Rambang tersebut menyusun perancangan program periklanan yang efektif dalam upaya meningkatkan volume penjualan. Adapun langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : a. Memberikan informasi yang jelas dan mempengaaruhi khalayak untuk membeli. Dengan catatan informasi atau fasilitas yang disajikan tersebut memang benar-benar ada dan bagus. Menetapkaan tujuan periklanan yang lebih tepat, antara lain : melakukan iklan persuasive. b. Keputusan tersebut sangat mempengaruhi besar keacilnya anggaran iklan yang diperlukan. Sebab kenaikan volume penjualan tersebut tidak terlalu tinggi dan banyaknyaa perusahaan yang bergerak dibidang yang sama. c. Keputusan mengenai pesan efektif haruslah menarik, spesifik, mudah dimengerti, singkat, dapat dipercaya, sesuai dengan keinginan pembaca dan persuasive. Tahap-tahap yang harus dilalui untuk pembuatan pesan yang efektif antara lain : 1. Perencanaan pesan Dengan caara induktif yaitu melalui pendapat konsumen atau dengan caara deduktif yaitu melihat keputusan yang dirasakan konsumen. Diharapkan pesan yang disajikan tersebut ditingkatkan. 2. Evaluasi dan Seleksi Pesan Pesan iklan haruslah masuk akal dan membangkitkan daya tarik keinginan para calon konsumen. d. Penentuan Media Dalam menentukan media haruslah dipilih dan memperhatikan aspek-aspek antara lain : 1. Tiras yaitu banyaknya unit fisik penyampaian iklan 2. Harus diperluas media yang dipakai, seperti : melalui media elektronik (Audio Visual). e. Mengukur Efektifitas Iklan Dalam pengukuran efektifitas iklan tersebut perusahaan haruslah dapat mengetahui apakah program perancangan periklanan dan anggaran iklan yang dikeluarkan tidak sia-sia. Banyak cara agar konsumen lebih tertarik terhadap PT Rambang misalnya dengan cara perusahaan harus memperbaiki kebijaksanaan promosi, khususnya iklan yang telah disajikan selama ini, sehingga didalam melakukan suatu perencanaan promosi dapat memberikan hasil yang memuaskan terhasap pendapatan yang diperoleh perusahaan. BAB IV DAFTAR PUSTAKA Basu Swasta DH, Irawan. 1995. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua, Cetakan Keempat, Liberty, Yogyakarta. Batra, Rajeev, Jhon.G Myers, and David A. Aaker. Advertising Management. Fifth edition. Prentice Hall 1996. Caples, Jhon . Tested Advertising Methods . fifth edition. Prentice Hall, 1997 Darmadi Durianto,Sugiarto,Anton.W.Widajaj,Hendrawan.S. Invasi Pasar Dengan Iklan Yang Efektif, PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2003 Fandy Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran, Cetakan Pertama, Edisi Kedua Penerbit Andi, Yogyakarta. Fredy Rangkuti, 1997, Riset Pemasaran Penerbit PT.Gramedia Jakarta Husein Umar. 1997. Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran, penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta J. Supranto, 1998. Metode Penelitian Penerbit Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta. J. Paul Peter dan Jerry C.Olson, 1996, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Jakarta Nielsen, AC. EPIC Dimensions of advertising Effectiveness.AC Nielsen Ads@work 2000. Phillip Kottler Marketing Management Prentice Hall, New Jersey Schiffman Kanuk Consumer Behavior Prentice Hall, New Jersey Schultz, Don E and Beth E Barnes. Strategic Advertising Campaigns, Fourth Edition, NTC Bussiness Books, 1995. Soeratno, Lyncolin Arsyad. 1998. Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, Edisi revisi, Cetakan Kedua, Penerbit UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta. PENGARUH EVA DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh EVA (Economic Value Added) dan rasio-rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share), dan BEP (Basic Earning Power) terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta untuk periode 2001-2002. Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share), BEP (Basic Earning Power), dan EVA (Economic Value Added) terhadap harga saham? Agar pembahasan dapat terfokus dan tidak meluas, maka dalam penelitian ini dibatasi untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk periode 2001 sampai 2002. Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji adanya pengaruh ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share), BEP (Basic Earning Power), dan EVA (Economic Value Added) terhadap harga saham. II. TINJAUAN PENELITIAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Berdasar uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : ROA (Return On Asset) berpengaruh terhadap harga saham. H2 : ROE (Return On Equity) berpengaruh terhadap harga saham. H3 : ROS (Return On Sales) berpengaruh terhadap harga saham. H4 : EPS (Earning Per Share) berpengaruh terhadap harga saham. H5 : BEP (Basic Earning Power) berpengaruh terhadap harga saham. H6 : EVA (Economic Value Added) berpengaruh terhadap harga saham. III. METODE PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel Adapun kriteria pemilihan sampel yaitu: a. Perusahaan manufaktur yang telah go public, tercatat sebagai emiten sejak tahun 2001 sampai 2002 secara terus menerus (tidak pernah mengalami delisting). b. Mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun pengamatan. c. Perusahaan tercatat mempunyai data harga saham (pada tanggal saat laporan keuangan diserahkan ke BAPEPAM selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2002) di PPA FE UGM. d. Di dalam laporan keuangan tersebut tercantum biaya bunga (interest expense) dan beban pajak. e. Perusahaan yang datanya tidak bersifat outliers. Berdasarkan kriteria tersebut, perusahaan yang dijadikan sampel selama periode penelitian, yaitu tahun 2001 sampai tahun 2002 adalah 45 perusahaan. 2. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002 : 47), data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Data perusahaan yang terdaftar di BEJ. Data ini diperolah dari JSX Statistic. 2) Data perusahaan yang delisting diperoleh dari JSX Statistic. 3) Data laporan keuangan 4) Data ini diperoleh dari Pusat Data Pasar Modal PPA FE UGM, MM UNS dan PHK UMS. 5) Data tanggal laporan keuangan saat diserahkan ke BAPEPAM yang diperoleh untuk menentukan harga saham. 6) Harga saham masing-masing perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu harga saham saat laporan keuangan diserahkan ke BAPEPAM. Harga saham harian yang dipakai adalah closing price. Data ini diperoleh dari Pusat Data Pasar Modal PPA FE UGM . 3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Variabel terikat (Dependent variable): harga saham, (2) Variabel bebas (Independent variable), terdiri dari alat pengukuran kinerja berupa: Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Earning Per Share (EPS), Basic Earning Power (BEP), dan Economic Value Added (EVA),. Ukuran dari masingmasing variabel adalah sebagai berikut: 1) Harga Saham 2) Return on Asset (ROA) 3) Return on Equity (ROE) 4) Return on Sales (ROS) 5) Earning Per Share (EPS) 6) Basic Earning Power (BEP) 7) Economic Value Added (EVA) IV. METODE ANALISIS DATA Metode analisis data yang digunakan adalah teknik regresi berganda atau multiple regression untuk menguji pengaruh ROA, ROE, ROS, EPS, BEP, dan EVA terhadap harga saham. Model regresi berganda adalah teknik analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Pengujian hipotesis ini meliputi: a. Pengujian Ketepatan Perkiraan (Goodness of Fit Test) b. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) BAB II PEMBAHASAN V. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Data dan Analisis Data Berdasarkan pengambilan sampel penelitian yang telah disajikan, penulis mengambil 45 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan kriteria yang telah ditentukan. 2. Pembahasan • Analisis Regresi Linier Berganda • Uji Goodness of Fit (R2) BAB III PENUTUP VI. KESIMPULAN Hasil pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. 2. Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa return on asset, return on equity, return on sale, basic earning power, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05).N Artinya ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.

KETERBATASAN PENELITIAN
Meskipun penelitian ini telah dirancang dengan sebaik-baiknya, namun
masih terdapat beberapa keterbatasan yaitu:
1. Keterbatasan dalam mengambil variabel yang digunakan dalam penelitian,
yaitu hanya terbatas pada variabel-variabel akuntansi saja, dengan tidak melibatkan faktor ekonomi makro seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan lain-lain.
2. Keterbatasan dalam mengambil jenis perusahaan yang digunakan sebagai
sampel dalam penelitian ini hanya perusahaan manufaktur saja, sehingga tidak mencerminkan reaksi dari pasar modal secara keseluruhan.
3. Keterbatasan dalam menggunakan rasio keuangan perusahaan hanya diwakili
oleh enam buah rasio keuangan, yaitu economic value added, return on assets, return on equity, return on sales, earning per share, dan basic earning power. Sebab terdapat kemungkinan rasio-rasio keuangan lain yang lebih signifikan
pengaruhnya terhadap perubahan harga saham.
4. Keterbatasan dalam mengambil periode penelitian, yaitu periode yang cukup
pendek yaitu hanya 2 tahun (2001-2002), sehingga hasil yang diperoleh
kemungkinan tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya.

SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan diberikan saran sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi investor dalam
melakukan invetasi saham dengan melihat kondisi perusahaan melalui rasio
keuangan, khususnya melalui rasio ROA, ROE, ROS, EPS, BEP dan EVA.
2. Bagi penelitian berikutnya diharapkan menggunakan semua jenis perusahaan
yang telah terdaftar di BEJ sebagai sampel penelitian, sehingga dapat
mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan.
3. Bagi penelitian berikutnya diharapkan menambah rasio keuangan lainnya
sebagai variabel independen, karena sangat dimungkinkan rasio keuangan lain
yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap perubahan harga saham.
4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan memperpanjang periode pengamatan
agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan.








BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta:
Erlangga.

Dewi, Kartika Saptorini. 2004. Pengaruh EVA dan Rasio Keuangan Terhadap
Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEJ. Skripsi
Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

Djarwanto. 1984. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE UGM.

Dwitayanti, Yevi. 2005. Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA)
terhadap Market Value Added (MVA) pada Industri Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta. JMK, Vol.3, No. 1, Maret, 59–73
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati. 1993. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Helfert, A Erich. 1996. Teknik Analisis Keuangan. Jakarta: Erlangga
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi ketiga. Yogyakarta: YKPN.
Idawati, Sukirno, dan Pujiningsih. 2003. Pengaruh Perubahan Earnings Per Share
terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di BEJ. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. 2, No. 1, 94–
Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE
UGM.
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi kedua. Yogyakarta:
BPFE UGM.
Kusdiyanto. 1996. Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Bank-Bank Go Publik di Indonesia. Empirika, No. 17, 39–49
Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi keempat. Yogyakarta: Liberty.
Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. 2004. Pengaruh Economic Value Added,
Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang
Diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ). Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 6, No. 2, November,
140–166
Rahadjo, Saptono Basuki. 2001. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan
Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
di BEJ. Skripsi Akuntansi Universitas Sebelas Maret
Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE UGM.
Rohmah, Sholikhah Nur dan Rina Trisnawati. 2004. Pengaruh Economic Value
Added dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Return Pemegang Saham
Perusahaan Rokok. Empirika, Vol. 17, No. 1, Juni, 64–78

Rosyadi, Imron. 2002. Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Harga Saham (Studi
Pada 25 Emiten 4 Ratio Keuangan di BEJ). Jurnal Akuntansi & Keuangan,
Vol, 1, No. 1, April, 24–48

Santosa, Singgih. 2000. Buku latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex
Media Komputindo.

Sartono, R. Agus dan Kusdhianto Setiawan. 1999. Adakah Pengaruh “EVA”
terhadap Nilai Perusahaan dan Kemakmuran Pemegang Saham Pada
Perusahaan Publik?. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Indonesia. Vol. 14, No. 4,
Oktober, 124–136

Setiaji, Bambang. 2004. Panduan Riset dengan Pendekatan Kuantitatif. Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sitobang, Sonang. 2003. Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Pendapatan Saham
Perusahaan Industri Otomotif yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, Vol. 2, No. 1, 75-93
Sudarto, Hindrata Gunawan dan Muhammad Havid. 2003. Faktor-faktor
Fundamental dan Teknikal serta Hubungannya dengan Harga Saham pada
Perusahaan Rokok, Makanan, dan Minuman di BEJ. Jurnal Ekonomi, Bisnis,
dan Akuntansi, Vol. 5, No. 2, September, 197-210
Suwardjono. 1989. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPFE UGM.

Tandelilin, Eduardus. 2001. Pengaruh Investasi dan Manajemen Portofolio.
Yogyakarta: BPFE UGM.

Wibowo, Pratomo Wahyu. 2003. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Earning
Per Share terhadap Return Saham Manufaktur dan Non Manufaktur. Skripsi
Akuntansi Universitas Sebelas Maret

Winarno, Agung. 2004. Beberapa Variabel yang Mempengaruhi Nilai Tambah
Ekonomi Perusahaan Rokok yang Go Public di BEJ. Jurnal Ekonomi
UNMER, Vol. 8, No. 3, Oktober, 419–430.







ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN KEAMANAN KONSUMEN
DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGGUNAAN DOMAIN CO.ID

BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Dunia Internet tidak mengenal batas negara dan telah menciptakan suatu paradigma
baru yang mempermudah interaksi antar individu maupun bisnis. Internet yang semula
tumbuh dan berkembang dari kalangan akademisi kemudian berkembang menjadi sarat
muatan komersial. Hal ini karena peranan Internet yang berhasil mengubah dan
meningkatkan efisiensi maupun efektifitas dalam berbagai aspek kehidupan manusia,
termasuk aspek bisnis.
Dewasa ini, implementasi e-Bisnis telah berkembang dengan pesat. Definisi pada e-
Bisnis dapat mengacu sebagai bisnis yang dengan cermat menggunakan teknologi serta suatu
bisnis yang menggunakan proses bisnis terpilih melalui transformasi teknologi komputer dan
teknologi jaringan (Spring, 1999).
Persepsi pada masyarakat pada umumnya dapat disinyalir bahwa penggunaan
domain .COM sebagai representasi atau identitas e-Bisnis di Internet memiliki nilai yang
lebih prestisius jika dibandingkan dengan menggunakan domain CO.ID. Tentunya
pandangan ini tidak seluruhnya benar. Pada kenyataannya hampir tidak beralasan jika
domain CO.ID merupakan jenis domain yang kurang diminati oleh kalangan pelaku e-Bisnis
di Indonesia. Sementara itu, dalam dinamika masalah keamanan pengguna domain .COM
akhir-akhir ini tidak sedikit ditemukan kasus-kasus penyalahgunaan yang cukup menonjol.
Dilain sisi, kepuasan konsumen dalam menggunakan domain merupakan faktor yang
tidak dapat diabaikan bagi pengelola domain kedua faktor tersebut menjadi fokus pada
penelitian ini serta akan ditelaah secara mendalam. Penelitian ini akan menggunakan
pengguna domain CO.ID sebagai obyek penelitian, selain itu juga akan mengambil sampling
dari beberapa kalangan praktisi Teknologi Informasi dan Penyelenggara Jasa Internet,
dimana peneliti berpandangan bahwa dari kalangan ini memiliki pemahaman yang cukup
mendalam atas perkembangan domain di Indonesia.

I. 2. Perumusan Permasalahan
Dalam penelitian ini penulis melakukan survei yang berawal dari telaah kajian
berbagai teori untuk kemudian dilakukan deduksi logika dalam penyusunan hipotesis.
Induksi logika atas generalisasi empiris dalam bentuk kesimpulan akan dilakukan pada akhir
penelitian. Adapun pembatasan-pembatasan yang penulis lakukan dalam pembahasan dan
permasalahan adalah hal-hal sebagai berikut.

Pertama : Apakah ada hubungan maupun pengaruh antara faktor kepuasan konsumen
domain CO.ID dengan upaya peningkatan penggunaan domain CO.ID?.
Kedua : Apakah ada hubungan maupun pengaruh antara faktor keamanan dalam
domain CO.ID dengan upaya peningkatan penggunaan domain CO.ID?.

Sedangkan lembaga pengelola domain Indonesia yang dimaksud sebagai pengelola
domain adalah ccTLD-ID (Country Code Top Level Domain-ID) atau lebih populer dengan
istilah IDNIC (Indonesia Network Information Centre).
Jenis Domain yang akan diteliti ialah hanya domain CO.ID, dimana jenis domain ini
didelegasikan pada jenis Badan Usaha yang terdaftar resmi di wilayah hukum Republik
Indonesia.
Penelitian dalam riset ini dilakukan dengan berfokus pada para pengguna domain
CO.ID melalui beberapa aspek penelitian yang berdasarkan pada variabel kepuasan,
keamanan serta beberapa upaya dalam peningkatan penggunaan domain CO.ID sebagai
pilihan alternatif dalam implementasi e-Bisnis di Indonesia.
Peneliti juga akan mengambil sampling dari beberapa kalangan praktisi Teknologi
Informasi dan Penyelenggara Jasa Internet, dimana peneliti berpandangan bahwa dari
kalangan ini memiliki pemahaman yang cukup mendalam atas perkembangan domain di
Indonesia.

I. 3.Tujuan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan dalam rangka penyusunan riset ini mempunyai tujuan
sebagai berikut:
♦ Penelitian ini bertujuan agar secara obyektif dapat memberikan penilaian yang ilmiah
atas domain CO.ID dimana hal tersebut sangat relevan sebagai sumber informasi bagi kalangan praktisi bisnis dimana sebagian besar masih cenderung “dotcom minded”.
♦ Penelitian ini juga tidak memberikan perbandingan yang menyeluruh antara domain
“dotcom” maupun domain CO.ID dari sisi teknis maupun operasionalnya, namun penekanannya lebih kepada analisis kuantitatif dimana konsumen (end-user) domain CO.ID akan menjadi obyek penelitian secara ilmiah.
♦ Penelitian ini juga bertujuan agar dapat membuka dimensi baru serta pengertian yang
lebih komprehensif pada domain CO.ID. Kaidah ilmiah penelitian maupun penilaian yang obyektif harus tetap dijaga serta dapat menjadi standar kajian pada penelitian jenis
domain tingkat dua di Indonesia lainnya.

I. 4. Manfaat Penelitian
Dari hasil akhir penelitian ini akan diketahui variabel-variabel yang memiliki
hubungan dengan upaya peningkatan penggunaan domain CO.ID, sehingga kemudian yang
diharapkan adalah:
♦ Bagi perusahaan yang akan (atau sudah) menggunakan e-Bisnis sebagai sarana
perluasan usaha mereka, dapat digunakan untuk memahami posisi domain CO.ID secara lebih mendalam.
♦ Pada masyarakat luas yang belum begitu jelas atau mengerti apa dan bagaimana
domain CO.ID setidaknya akan mendapat pemaparan yang cukup mendalam dan proporsional atas domain CO.ID ini.
♦ Bagi pengelola domain, Penelitian ini juga akan memberikan informasi yang
komprehensif sebagai bahan kajian strategis, khususnya di Indonesia dan pada umumnya pengelola Country Code Top Level Domain lainnya di dunia.
♦ Bagi Pemerintah Penelitian ini juga akan memberikan input sebagai bahan kajian
strategis bagi pengambil kebijaksanaan publik pada umumnya.
♦ Bagi lembaga profesional dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan kajian strategis
bagi pola e-Bisnis secara umum, seperti: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) maupun lembaga lainnya yang membutuhkannya.
♦ Memberikan sumber informasi yang bermanfaat bagi para konsultan maupun praktisi
Teknologi Informasi.
♦ Sebagai sumber referensi bagi para peneliti lainnya yang akan mengembangkan jenis
penelitian ini kelak dikemudian hari.


II. LANDASAN TEORI
II. 1. Konsep Domain Name System
Sayang sekali banyak pelaku Internet yang belum mengerti masalah teknis dari pengelolaan nama domain ini. Setiap komputer yang terhubung ke Internet (dengan
menggunakan protokol TCP/IP) memiliki “alamat” atau nomor yang disebut nomor IP.
Contoh nomor IP adalah 167.205.21.82. Hubungan antar komputer dilakukan dengan
menggunakan nomor IP ini. Namun manusia memiliki kelemahan untuk mengingat angka,
maka akan sulit diingat jika alamat email adalah berupa nomor seperti 7825@167.205.21.82.
Sebuah domain pada prinsipnya akan menjadi sebuah simbol yang merupakan suatu
sarana interaksi yang peranannya cukup dominan bagi kalangan pelaku bisnis. Benturan
antara sesama pelaku bisnis, dalam memilih nama dan jenis domain tak pelak lagi menjadi
hal biasa. Simbol atau ciri badan usaha berlomba-lomba dijadikan bagian dari domain.
Cenderung terdapat suatu persepsi yang keliru, bahwa nama domain berkaitan erat dengan
faktor sukses dalam implementasi e-Bisnis di Internet. Bahkan tidak dapat dipungkiri karena
makin maraknya pelaku bisnis yang menganggap dengan menggunakan domain .COM (dot
com) menjadi semacam justifikasi bahwa memang penggunaan domain .COM lebih jauh
menarik jika dibandingkan dengan menggunakan jenis domain lainnya.
Dengan kata lain, Domain Name System (DNS) memberikan layanan translasi nomor
IP ke nama secara terdistribusi. Selain layanan translasi ini ada juga layanan lain di DNS
seperti informasi tentang mail server (yang disebut MX record), jenis komputer dan sistem
operasinya, serta lokasi dari server tersebut. Sistem DNS mendelegasikan pengelolaan nama
komputer dengan menggunakan mekanisme “nama domain” (Rahardjo, 2002). Konsep DNS
ini terus berkembang hingga saat ini. Implementasi DNS yang paling populer adalah
spesifikasi dari perangkat lunak Berkeley Internet Name Domain (BIND) yang pada awalnya
dikembangkan oleh Universitas of California di Berkeley sebagai sebuah proyek yang
disponsori oleh US Defense Advanced Research Projects Administration (DARPA).


II. 2. Konsep Generic Top Level Domain (gTLD)
dan Country Code Top Level Domain (ccTLD)
Domain di Internet dapat diklasifikasikan menjadi dua kelas, yaitu gTLD (Generic
Top Level Domain) dan ccTLD (Country Code Top Level Domain). Mendiang Jon Postel
adalah seorang pelopor dalam pembentukan gTLD dalam sebuah konsep yang dituangkannya pada RFC-1591, Domain Name System Structure and Delegation dimana konsep tentang aspek pengelolaan sebuah TLD (Top Level Domain) diusulkan beberapa nama umum atau generic sehingga hingga kini lebih dikenal sebagai gTLD serta konsep dasar dalam pengelolaan TLD hingga sekarang masih digunakan sebagai tolok ukur standar.
Domain yang termasuk kedalam gTLD adalah domain yang berakhiran dengan kata .edu, .COM, .net, .org, .gov, .mil, dan .int. Pada mulanya pengelolaan gTLD dilakukan oleh IANA yang kemudian mendelegasikan operasionalnya kepada Network Solutions Inc. atau InterNIC. Saat ini pengelolaan gTLD dikoordinir oleh ICANN dan beberapa registrar (yang terakreditasi oleh ICANN). Daftar lengkap registrar dan informasi tentang gTLD dapat diperoleh di situs ICANN (Budi Rahardjo, 2002). Pada pertemuan 16 November 2000, ICANN telah memilih tujuh buah Generic Top Level Domain baru yaitu: .aero; .biz ; .coop ; .info; .museum ; .name ; .pro. Implementasi dan operasionalisasi ketujuh gTLD baru tersebut hingga saat riset ini disusun masih dalam proses persiapan.
ccTLD adalah kumpulan domain yang berbasis nama negara yang didefinisikan di
ISO-3166. Sebagai contoh Indonesia memiliki top level domain dengan akhiran “.id”,
Sebagai ilustrasi
II. 3. Konsep Kepuasan Konsumen
Secara hakiki, manusia pada dasarnya tidak akan merasa puas. Dalam konteks pengukuran kepuasan konsumen, tidak dapat digunakan ukuran absolut namun sebagai parameter pengukuran ini dapat digunakan beberapa pandangan yang sebagaimana disimpulkan dari literatur dan interview yang sudah divalidasi baik secara personal maupun
grup, ada 3 komponen penting atas kepuasan konsumen, yaitu:
♦ Ringkasan respon afektif yang intensitasnya bervariasi.
♦ Fokus kepuasan disekitar pilihan produk, pembelian dan konsumsi.
♦ Penentuan waktu yang beragam tergantung situasi, namun umumnya terbatas pada durasi
(Giese & Cote, 2000).
Kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui (Gerson, 1993, hal 3). Sedangkan menurut Kotler, tingkat perasaan senang atau kecewa seseorang karena adanya perbandingan antara kesan terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dengan harapan dari orang tersebut. Dengan demikian kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan (Kotler, 1995, hal 458). Dalam penelitian ini, yang dimaksud pelanggan adalah konsumen atau pengguna (end-user) jasa domain yang menggunakan domain CO.ID sebagai sarana e-Bisnis.
Yoeti (2000, hal 32) juga membahas terhadap 3 kemungkinan kepuasan yang
berhubungan dengan performansi (performance) dan harapan (expectation) yaitu:

a. Performance < Expectation Bila hal ini terjadi, maka pelanggan mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan jelek, karena harapan pelanggan tidak terpenuhi atau pelayanannya kurang baik, belum memuaskan pelanggan. b. Performance = Expectation Tidak istimewa, pelayanan yang diberikan biasa saja karena belum memuaskan pelanggan. c.Performance > Expectation
Terjadi bila, pelayanan terhadap pelanggan baik dan memuaskan pelanggan. Kepuasan pelanggan optimal, bila kita selalu memperhatikan apa yang menjadi harapan pelanggan dan berusaha melebihi harapan pelanggan.
Dalam penelitian ini, obyek penelitian yaitu produk domain Internet dapat
dikategorikan produk fisik, namun produk ini sarat akan muatan yang berbentuk jasa.
Tidak seperti perusahaan yang menghasilkan produk fisik seperti TV misalnya, yang
penanganan konsumen produk tersebut sudah memiliki kriteria baku. Domain CO.ID
memiliki beberapa kriteria yang unik dalam penanganannya, antara lain dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.Domain CO.ID bersifat didelegasikan kepada pengguna/konsumennya.
Pada prinsipnya domain tidak perjual belikan dan analogi yang cocok ialah seperti Hak Guna Bangunan (HGB) pada industri perumahan (real-estate).
2.Layanan purna jual pada domain CO.ID berupa aktifitas perubahan database yang
meliputi: ubah atau hapus data.
Domain CO.ID tidak seperti produk konvensional lainnya yang besar
kemungkinan memerlukan proses servis atau perawatan berkala.
3. Sebagian besar konsumen (end-user) domain CO.ID memiliki keterikatan pada pihak
lain, dalam hal ini ialah: Penyelenggara Jasa Internet, Webhosting atau konsultan teknis dimana mereka menempatkan domain mereka.
Dengan demikian, biasanya paket layanan dari pihak lain memberikan kontribusi yang cukup dominan bagi arah serta pengembangan e-Bisnis konsumen yang bersangkutan.
Dalam penelitian ini, fokus pengamatan dalam segi kepuasan konsumen secara umum adalah bertitik tolak dari pendapat, reaksi serta pengalaman konsumen pengguna domain CO.ID. Dalam hal ini peneliti memiliki asumsi bahwa parameter kepuasan konsumen dapat diukur dan diuji melalui perbandingan tingkat kepuasan antara kedua jenis domain yang berbeda. Dengan demikian dapat ditemukan suatu pola yang dapat memberikan gambaran dalam bentuk tataran makro dari sisi tingkat kepuasan konsumen dalam menggunakan domain CO.ID maupun dari sisi penggunaan domain .COM (atau jenis domain gTLD
lainnya).

Adapun beberapa parameter utama yang menjadi obyek penelitian pada segi kepuasan
konsumen domain CO.ID ialah:

- Pada periode Pra Registrasi Domain:
- Informasi, biaya, kemudahan pelayanan maupun persepsi secara umum
lainnya dari para pengguna domain.
- Pada periode Pasca Registrasi Domain:
- Informasi, kemudahan pelayanan maupun persepsi secara umum lainnya
dari para pengguna domain.

II. 4. Konsep Keamanan Domain
Berdasarkan atas kompilasi mengenai konsep keamanan Internet oleh Parmar dan
Duncan yang kemudian ditranslasikan dalam format html oleh Manson (2000), secara umum
telah mendefinisikan beberapa kategori ancaman (threats) yang dapat diimplementasikan
pada pengelolaan domain CO.ID ialah berbagai ancaman, sebagai berikut:
♦ Kesalahan atau penghilangan (data).
♦ Penipuan dan pencurian (data).
♦ (Rasa) ketidakpuasan karyawan.
♦ Fisik dan infrastruktur.
♦ Kejahatan hacker.
♦ Spionase industri.
♦ Kejahatan kode.
♦ Kejahatan perangkat lunak.
♦ Spionase negara asing.
Atas beberapa ancaman tersebut diatas, maka faktor keamanan dalam pengelolaan
domain CO.ID memerlukan sinergi maupun koordinasi dengan berbagai pihak lainnya.
Berdasarkan atas observasi peneliti, jenis ancaman butir kedua yaitu: penipuan dan
pencurian (data) merupakan jenis ancaman yang paling menonjol, jika dibandingkan jenis
ancaman lainnya. Walaupun tidak tertutup kemungkinan jenis ancaman lainnya juga turut
berpotensi mengganggu pengelolaan domain CO.ID. Upaya antisipasi terhadap ancaman
tersebut ialah dengan tegas telah dilakukan melalui cara:

a. Penolakan terhadap permohonan domain yang tidak memenuhi kriteria.
b. Validasi data pendaftar, baik untuk proses: baru, ubah atau hapus.

Sejauh ini, pengelolaan domain CO.ID dilakukan dengan menganut asas kehati-hatian
(prudence) serta selalu melakukan proses evaluasi dari beberapa kesalahan yang terjadi
dalam pengelolaan domain .COM. Prinsip liberalisme dalam pengelolaan .COM tidak
mungkin ditiru mentah-mentah dalam pengelolaan domain CO.ID karena memiliki potensi
resiko sangat signifikan, diantaranya ialah: penggunaan kata sebagai nama domain diluar
kaidah atau norma yang sesuai dengan budaya Indonesia. Kondisi ini merupakan implikasi
atas begitu populernya serta begitu mudahnya pendelegasian domain .COM sehingga
pembiasan pemahaman tersebut dapat menjadi suatu obyek penelitian yang cukup menarik
bagi peneliti. Ketika riset ini disusun, sudah terbukti terjadi banyak kasus penyahgunaan
domain .COM pada pengguna di Indonesia yang cukup merugikan bagi beberapa pihak.
Mengingat domain .COM memiliki pola yang sangat rapuh dari sisi keamanannya, apapun
motivasi dibalik penyalahgunaan tersebut, hal itu membuktikan bahwa domain .COM
memiliki potensi kelemahan keamanan yang sangat besar.
Dalam domain .COM (atau gTLD lainnya) dikenal Uniform Domain-Name Dispute-
Resolution Policy (lebih dikenal sebagai UDRP), dimana jika terjadi perselisihan dalam
domain ini maka perselisihan tersebut diajukan pada beberapa Lembaga Arbitrase, seperti:

• Asian Domain Name Dispute Resolution Centre [ADNDRC]
• CPR Institute for Dispute Resolution [CPR]
• eResolution [eRes]
• The National Arbitration Forum [NAF]
• World Intellectual Property Organization [WIPO]

Fungsi lembaga tersebut adalah sebagai mediator atas sengketa yang terjadi dalam
domain .COM (atau gTLD lainnya), dimana lembaga tersebut memiliki tambahan (suplemen)
peraturan yang disesuaikan masing-masing kedaulatan hukum.
Sedangkan jika ditinjau dari jumlah perselisihan atau sengketa atas domain .COM
(atau jenis gTLD lainnya)
II. 5. Hubungan antara pelayanan/dukungan, kualitas dan kepuasan konsumen
Semakin tinggi tingkat kesesuaian antara yang dirasakan dengan yang diharapkan, maka semakin tinggi kepuasan pelanggan. Sebaliknya makin rendah tingkat kesesuaian antara yang dirasakan dengan yang diharapkan, maka makin rendah tingkat kepuasan pelanggan.
Menurut Zeithaml, terdapat 10 aspek kualitas layanan secara umum (Zeithaml, 1990,
hal 178) yaitu :
♦ Tangible: penampilan fisik peralatan, personalia dan materi komunikasi.
♦ Reliability: kemampuan untuk melaksanakan layanan yang dijanjikan secara bertanggung
jawab dan akurat.
♦ Responsiveness: keinginan untuk membantu pengguna dan menyediakan layanan yang
cepat.
♦ Competency: penguasaan kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
melaksanakan pelayanan.
♦ Courtesy: sopan santun, respek dan bersahabat dari personalia penghubung
♦ Credibility: dapat dipercaya adan pemurah dari penyedia layanan
♦ Security: bebas dari bahaya resiko dan keraguan
♦ Access: kemudahan dihubungi dan dedikasi
♦ Communication: menjaga pengguna selalu diinformasikan dalam bahasa yang mudah
dimengerti, dan selalu mau mendengarkan keluhan pengguna
♦ Understanding the customer: selalu berusaha untuk mengerti pengguna dan
kebutuhannya.

Kesepuluh aspek ini dapat memberikan gambaran kualitas yang dapat memuaskan
pelanggan atau pengguna. Zeithaml mengidentifikasikan penyebab kegagalan dalam kualitas
layanan dalam 5 kesenjangan antara persepsi pelanggan dengan penyedia (Zeithaml, 1990,
hal 180), yaitu bentuk kesenjangan dalam hal:

♦ Antara layanan yang diharapkan dengan persepsi manajemen ekpektasi pengguna.
♦ Antara kualitas layanan.
♦ Antara hasil penyerahan layanan dengan spesifikasi kualitas layanan.
♦ Antara hasil penyerahan layanan dengan nilai komunikasi eksternal pengguna.
♦ Antara layanan yang dirasakan dengan yang diharapkan.
Beberapa aspek hubungan ini akan memperkaya indikator penelitian serta dapat
memberikan input yang positif bagi pengelolaan domain CO.ID. Mengingat bahwa produk
domain CO.ID memiliki ciri yang unik jika dibandingkan dengan produk konvensional
lainnya, maka penerapan aspek kualitas layanan secara umum maupun aspek kegagalannya
belum tentu sepadan dan dapat digunakan semuanya.


BAB II
PEMBAHASAN
III. METODOLOGI PENELITIAN
III. 1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif serta
bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan dan keamanan konsumen dalam upaya
peningkatan penggunaan domain CO.ID di Indonesia ini mengambil waktu untuk
pengambilan sampel antara bulan Agustus - Oktober 2002.
Tempat yang peneliti tentukan sebagai objek penelitian untuk mengetahui hubungan
tersebut adalah pada bersumber konsumen domain CO.ID dan kalangan praktisi Teknologi
Informasi serta Penyelenggara Jasa Internet dari beberapa kota besar di Indonesia.
III. 2. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam riset deskriptif agar
dapat menjawab bagaimana hubungan dan pengaruh objek penelitian, sedangkan metoda
penelitian yang dipakai adalah metoda dengan melalui pendekatan kuantitatif dan dengan
cara melakukan survei untuk mendapatkan data primer yang akan digunakan untuk
memperoleh hasil analisa atas penelitian ini. Survei dilakukan kepada responden dengan
mengirimkan alamat URL (Universal Resource Locator) serta Password pada responden
yang terpilih.
III. 3. Populasi dan Sample
Populasi penelitian ini adalah sebagian dari konsumen domain CO.ID, kalangan
praktisi Teknologi Informasi dan Penyelenggara Jasa Internet dari beberapa kota besar di
Indonesia. Berikut ini tabel jumlah populasi domain CO.ID
III. 4. Disain Penelitian
Disain penelitian perlu peneliti gambarkan untuk memberikan deskripsi penelitian
yang dilakukan secara keseluruhan sehingga diperoleh kerangka persepsi yang sama untuk
menerangkan jawaban terhadap hipotesis yang diajukan. Desain penelitian disusun untuk
menggambarkan hubungan antarvariabel yang diteliti
III. 5. Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian dibentuk dengan memperhatikan pengajuan hipotesis
yang dalam penelitian ini


IV. HASIL PENELITIAN
IV. 1. Responden dan Instrumen
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data dari responden yang telah
mengirimkan nama beserta alamat e-mail dengan tujuan agar dapat berpartisipasi dalam
penelitian domain CO.ID. Informasi atas adanya penelitian ini telah disebarluaskan melalui
portal media DETIK.COM, Harian Bisnis Indonesia dan beberapa mailing-list yang berkaitan
dengan praktisi Internet Indonesia, serta menggunakan beberapa buah secara acak (random)
data dari database konsumen domain CO.ID.
Periode penyebarluasan informasi 9-14 September 2002. Animo maupun umpan balik
(feedback) responden yang mendaftarkan ternyata cukup menggembirakan. Dari 212
pendaftar, terdapat umpan balik yang valid sejumlah 182 responden. menunjukan hasil dari penyebarluasan informasi penelitian domain CO.ID.
IV. 2. Deskripsi Responden
Sebelum responden memberikan jawaban pada kuesioner, terlebih dahulu responden
diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang secara garis besar dapat menerangkan
latar belakang responden, jenis kelamin, usia, pendidikan, lama menggunakan internet,
jumlah domain co.id dan domain .com yang pernah didaftarkan, penggunaan kartu kredit
maupun jasa Inter Banking melalui media Internet. Begitu pula dengan pertanyaan mengenai
jenis bidang usaha, domisili badan usaha dimana responden bekerja. Hasil dari berbagai
pertanyaan tersebut disajikan
IV. 3. Uji Reliabilitas dan Validitas
Reliabilitas atau kehandalan suatu instrumen penelitian (dalam hal ini adalah
pertanyaan-pertanyaan yang terkandung di dalam kuesioner/angket penelitian) perlu
dilakukan pengujian di awal suatu analisa sebelum atau sebelum dilakukan pengujianpengujian
tahap berikutnya. Hal ini bertujuan karena Uji Reliabilitas akan dapat
menunjukkan konsistensi dari jawaban-jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner
yang diajukan atau dapat juga dikatakan menunjukkan adanya kesamaan jawaban (yang
selanjutnya menjadi data) dalam waktu yang berbeda.
Dengan demikian, uji reliabilitas ini menjadi salah satu syarat penting yang berlaku
pada metoda penyebaran kuesioner. Bila dari uji reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi
yang rendah maka kemungkinannya adalah pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner tidak
dapat ditangkap dengan baik oleh responden sehingga bila diajukan dalam waktu yang
berbeda, jawabannyapun akan berbeda. Uji reliabilitas dilakukan di awal sebelum pengolahan berikutnya karena rendahnya
konsistensi dan kehandalan instrumentasi penelitian adalah sebagai petunjuk awal dan akan
memberikan pengaruh dalam mengukur hubungan-hubungan yang pada dasarnya tidak
terlalu kuat digunakan sebagai estimator.
Uji Reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan bantuan program
SPSS
IV. 4. Analisis Hipotesis
Beberapa hipotesis akan dianalisis sesuai dengan jenis variabel yang akan diteliti..
IV. 4. 1. Hipotesis 1
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat kepuasan konsumen domain CO.ID
dengan peningkatan penggunaan domain CO.ID.
H1 : Terdapat hubungan antara tingkat kepuasan konsumen domain CO.ID dengan
peningkatan penggunaan domain CO.ID.
Sedangkan hipotesis uji Korelasi Spearman's Rank Correlation Coefficient adalah sebagai
berikut:
H0 : ρ = 0
H1 : ρ ≠ 0
Jika signifikan level > 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

BAB III
PENUTUP
V. 1. Kesimpulan
Dari temuan, paparan, perhitungan serta analisis yang dilakukan pada penelitian
domain CO.ID ini dapat diintisarikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
♦ Hasil analisis hipotesis membuktikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
faktor kepuasan konsumen domain CO.ID dengan peningkatan penggunaan
domain CO.ID.
♦ Hasil analisis hipotesis membuktikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
faktor keamanan konsumen domain CO.ID dengan peningkatan penggunaan
domain CO.ID.
♦ Hasil analisis hipotesis membuktikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
faktor kepuasan konsumen domain CO.ID dengan faktor keamanan konsumen
domain CO.ID.
♦ Penggunaan domain CO.ID meningkat, yaitu sebesar 142,8% yang secara positif
dipengaruhi oleh faktor Kepuasan Konsumen, yaitu sebesar 48,8%. Namun faktor
Keamanan Konsumen ternyata berpengaruh paling kecil, yaitu sebesar 12,6%
diantara semua variabel penelitian.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa faktor Kepuasan dan Keamanan konsumen
domain CO.ID tidak menunjukan koefisien negatif.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa faktor Kepuasan dan Keamanan konsumen
domain CO.ID memiliki nilai positif pada representasi kondisi makro dari
kalangan pengguna Internet yang tersebar di seluruh Indonesia. Dimana kedua
faktor ini secara bersama-sama berpengaruh cukup signifikan bagi peningkatan
penggunaan domain CO.ID secara umum.
♦ Tidak ditemukan bukti yang cukup signifikan bahwa tingkat kepuasan konsumen
domain .COM lebih besar dibandingkan tingkat kepuasan konsumen domain .CO.ID.
♦ Tidak ditemukan bukti yang cukup signifikan bahwa tingkat keamanan konsumen
domain .COM lebih besar dibandingkan tingkat keamanan konsumen domain .CO.ID.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Aczel, Amir D., (1999), Complete Business Statistics, 4th Ed., The Irwin/McGraw-Hill,
Singapore.
Albitz. P and C. Liu, (1998), DNS and BIND, O'Reilly and Associates.
Chekland & Scholes, (1999), Soft Systems Methodology in Action, Wiley, Chichester;
Cooper D.R & Schindler, (2001), Business Research Methods, McGraw Hill/Irwin.
Flood. R & Jackson. M, (1991), Creative Problem Solving, Wiley, Chichester.
Gerson, Richard F., Ph.D., (1993), Mengukur Kepuasan Pelanggan, PPM, Jakarta.
Giese, Joan L. and Joseph A. Cote, Defining Consumer Satisfaction,
Academy of Marketing Science Review [Online] Available:
http://www.amsreview.org/amsrev/theory/giese01-00.html [2002, June 18]
Guilford & Ruchter, (1973), Fundamental Statistic in Psychology and Education 5th edition,
New York, McGraw Hill
ICANN Corporation, Statistical Summary of Proceedings Under Uniform Domain Name
Dispute Resolution Policy Summary of Status of Proceedings [Online] Available:
http://www.icann.org/udrp/proceedings-stat.htm [2003, January 12]
Junge, M., Wilcoxon’s Signed-Rank Distribution, [Online] Available:
http://www.geocities.com/junge_m [2002, June 18]
Kotler, P., 1995, Manajemen Pemasaran, Buku Satu, Edisi kedelapan, Jakarta, Salemba
Empat.
Lovelock, Christopher H., (1994), Managing Services, Prentice Hall, New Jersey.
Lucas, Henry C. Jr, (1981) , Implementation : The Key to Successful Information
Systems, Columbia University Press, New York.
Masrun, (1972), Realibilitas dan Cara Penentuannya, Gajah Mada Univ. Press, Yogyakarta
McFarlan, Applegate & Kenney, (1999), Corporate Information Systems Management
5th Ed : Text and Case, Irwin McGraw Hill.
Mockapetris. P, (1987), RFC 1034: Domain Names - Concepts and Facilities, Oct. [Online]
Available: http://www.ietf.org/rfc/rfc1034.txt [2002, June 18]
Pearce, John A, Robinson; Richard B, (2000), Strategic Management-Formulating,
Implemation and Control 7th Ed, McGraw Hill.
Peters, Glen, (1994), Benchmarking Customer Service, Pitman Publishing, London
Postel, Jon, (1994), RFC 1591: Domain Name System Structure and Delegation,
[Online] Available: http://www.idnic.net.id/index.html [2002, June 18]
Parma S.K., Cst & N. Cowichan Duncan RCMP Det, Information Resource Guide:
Computer, Internet and Network Systems Security An Introduction to Security,
Security Manual [Online] Available:
http://downloads.securityfocus.com/library/index.html [2002,
June 15]
Rahardjo, Budi, Ph.D., Aspek Teknis Nama Domain, [Online] Available:
http://budi.insan.co.id/presentations/index.html [2002, June 18]
Rosenhead, (1989), Rational Analysis for a Problematic World, Pitman, London.
RISET DOMAIN CO.ID
38
Santoso, Singgih, (2000), SPSS Statistik Parametrik, Elex Media Komputindo, Jakarta
Spring, Michael B. PhD., [Online] Available: http://bazaar.sis.pitt.edu/E-Business/theory.htm
[2002, June 15]
Schwalbe, Kathy, (2000), Information Technology Project Management, Thomson
Learning,
VeriSign, Inc., General Information Paper on Internationalized Domain Name
Resolution, Version 1.1 April 3, 2001 [Online] Available: http://www.verisigngrs.
com/idn/ [2002, June 18]
Walpole, Ronald E., (1995), Pengantar Statistika, Edisi ke 3, Gramedia, Jakarta.
Whitten, Jeffrey I, (2000), System Analysis & Design 7th Ed, Irwin McGraw Hill.
Yoeti, Oka A, (2000), Customer Service Cara Efektif Memuaskan Pelanggan, Cetakan
kedua, Pradnya Paramita, Jakarta.
Zeithaml, Valerie A., (1990), Delivery Quality Service, The Free Press, New York.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar